Pemerintah Provinsi NTB optimis sektor pertanian mampu menopang target pertumbuhan ekonomi 7 persen di tahun 2025. Meski NTB mengalami penurunan produksi padi di tahun 2024 jika dibandingkan tahun 2023, produksi tahun 2024 mencapai target nasional yaitu 1,45 juta ton gabah kering giling.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan NTB mengalami surplus di tahun 2023 lalu yang mana target hasil panen untuk NTB adalah 1,4 juta ton. “Kemarin kita itu, yang 1,5 juta ton itu targetnya 1,4 juta ton,” ujarnya saat dihubungi Ekbis NTB, Sabtu, 8 Februari 2025.

Dengan hasil panen petani NTB yang melebihi 1 juta ton setiap tahunnya, Taufieq optimis sektor ini mampu menopang target pertumbuhan ekonomi 7 persen NTB. Apalagi, di tahun 2024, berdasarkan data BPS, sektor pertanian menjadi sektor dengan share tertinggi yang memberi andil terbesar pertumbuhan ekonomi berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Yang mana sektor pertanian sebanyak 20,06 persen, pertambangan 19,02, perdagangan 14,47 persen dan konstruksi 9,74 persen.
Selain itu, sektor pertanian menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang cukup tinggi yaitu mencapai 960 ribu penduduk dari 2,93 juta tenaga kerja yang ada di NTB. “Sekitar 28 persen tenaga kerja kita yang diserap oleh sektor pertanian, dan yang berusia 19 tahun sampai 39 tahun itu sekitar 260 ribu orang,” sambungnya.
Dikatakan, penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian ini terus meningkat setiap tahunnya, sehingga, selain menyumbang hasil pertanian, sektor ini juga membantu mengurangi jumlah pengangguran di daerah.
Adapun untuk hasil panen petani di tahun ini, Taufieq optimis NTB akan mencapai target yang telah ditetapkan oleh pusat. Hal ini karena Lahan Baku Sawah (LBS) NTB saat ini seluas 237 ribu hektar dari 600 hektar Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B).
“Dan indeks pertanaman kita baru 120, yang harusnya kita bisa 300, artinya 3 kali tanam, jadi kita di indeks 120 indeks pertanaman kita sudah surplus 30 persen. Apalagi kita masih ada 180, itulah alasan mengapa NTB menjadi lumbung pangan nasional,” jelasnya. (era)