Lombok (ekbisntb.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah angkatan kerja di NTB pada Februari 2025 mencapai 3,19 juta orang. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 160,28 ribu orang dibanding Februari 2024.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, menyampaikan bahwa peningkatan ini juga diikuti oleh kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 2,53 persen poin menjadi 76,50 persen.

“TPAK laki-laki sebesar 86,41 persen dan perempuan 66,63 persen, keduanya mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya,” ujar Wahyudin di kantornya, Senin, 5 Mei 2025.
Penduduk usia kerja di NTB pada Februari 2025 mencapai 4,17 juta orang, meningkat 73,79 ribu orang dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 3,19 juta orang merupakan angkatan kerja, sedangkan sisanya, 980,12 ribu orang, tergolong bukan angkatan kerja.
Wahyudin menjelaskan lagi, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2025 mencapai 3,09 juta orang, naik 157,80 ribu orang dibanding Februari 2024. Sementara jumlah pengangguran meningkat tipis sebesar 2,48 ribu orang menjadi 102,63 ribu orang. Meskipun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan menjadi 3,22 persen, turun 0,08 persen poin dibanding tahun sebelumnya.
Namun demikian, Wahyudin mencatat adanya kenaikan pada persentase setengah pengangguran sebesar 4,23 persen poin, serta pekerja paruh waktu yang naik sebesar 1,97 persen poin.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025, tiga sektor utama penyerap tenaga kerja di NTB adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (32,50 persen), perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan (21,96 persen), dan industri pengolahan (8,55 persen).
“Sektor perdagangan mencatat peningkatan jumlah pekerja terbanyak, yaitu sebesar 75,92 ribu orang dibanding tahun lalu,” jelas Wahyudin. Disusul sektor pendidikan dengan peningkatan 46,14 ribu orang dan sektor pertanian sebanyak 43,66 ribu orang.
Penduduk yang bekerja di sektor informal masih mendominasi pasar tenaga kerja NTB. Sebanyak 71,80 persen atau sekitar 2,22 juta orang bekerja di sektor informal, sementara yang bekerja di sektor formal tercatat 870,88 ribu orang atau 28,20 persen. Porsi sektor formal ini meningkat 1,49 persen poin dibanding Februari 2024.
Status pekerjaan tertinggi adalah buruh/karyawan/pegawai sebesar 26,66 persen, dengan peningkatan 1,53 persen poin dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, status pekerjaan yang paling sedikit adalah pekerja yang berusaha dengan bantuan buruh tetap, hanya sebesar 1,54 persen.
Persebaran tenaga kerja menurut tingkat pendidikan menunjukkan tren perbaikan. Dibandingkan Februari 2024, persentase tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah menurun signifikan sebesar 7,25 persen poin. Sementara itu, tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan SMA, SMP, Diploma, Universitas, dan SMK mengalami peningkatan.
Namun, dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka menurut pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencatatkan TPT tertinggi, yaitu 7,88 persen. Sebaliknya, TPT terendah tercatat pada lulusan SD ke bawah, hanya 1,59 persen.
“Meski secara umum angka pengangguran menurun, perhatian khusus perlu diberikan kepada lulusan SMK dan SMP yang justru mengalami kenaikan tingkat pengangguran,” tegas Wahyudin.(bul)