spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKeuanganMeritokrasi sebagai Fondasi - Tata Kelola Bank NTB Syariah yang Profesional

Meritokrasi sebagai Fondasi – Tata Kelola Bank NTB Syariah yang Profesional

oleh. Riduan Mas’ud
Dekan FEBI UIN Mataram/Sekretaris Tim Seleksi Calon Pengurus Bank NTB Syariah

Dalam lanskap ekonomi modern yang sarat dengan tuntutan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi, institusi keuangan terutama yang berada di bawah pengawasan publik seperti Bank Pembangunan Daerah menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Tidak cukup lagi bagi bank hanya menunjukkan performa finansial yang sehat atau pertumbuhan laba tahunan semata. Di tengah ekspektasi publik yang kian tinggi dan ketatnya pengawasan dari regulator, keberhasilan suatu lembaga keuangan semakin bergantung pada kualitas tata kelola institusinya.

- Iklan -

Tata kelola yang baik atau good corporate governance tidak hanya ditentukan oleh regulasi dan sistem prosedural yang ketat, tetapi juga sangat ditentukan oleh siapa yang berada di balik kemudi organisasi. Di sinilah prinsip meritokrasi memainkan peran krusial: ia menekankan bahwa posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan harus dipegang oleh individu yang kompeten, berintegritas, dan memiliki kapabilitas strategis bukan karena faktor afiliasi politik, koneksi pribadi, atau warisan kekuasaan lama.

Bank NTB Syariah, sebagai bank pembangunan daerah yang telah melakukan transformasi menjadi bank syariah penuh sejak tahun 2018, menyadari bahwa keberhasilannya dalam menjalankan prinsip-prinsip ekonomi Islam juga sangat ditentukan oleh bagaimana lembaga ini dikelola. Transformasi syariah bukan sekadar perubahan nomenklatur dan produk layanan, tetapi juga perubahan paradigma dalam menata kelembagaan: dari yang mungkin sebelumnya bersifat birokratis dan politis, menuju ke arah profesional, kompetitif, dan beretika.

Dalam konteks ini, komitmen dari Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan seluruh pemangku kepentingan untuk menempatkan meritokrasi sebagai fondasi utama tata kelola adalah langkah strategis dan progresif. Apalagi, praktik seleksi pengurus bank, baik direksi, komisaris, maupun Dewan Pengawas Syariah (DPS) telah dirancang secara terbuka, objektif, dan melibatkan lembaga-lembaga profesional, menunjukkan adanya keinginan kuat untuk keluar dari praktik-praktik lama yang sarat intervensi dan kompromi politik.

Penguatan tata kelola berbasis meritokrasi ini bukan hanya menjadi kebutuhan internal lembaga, tetapi juga sinyal positif kepada publik bahwa Bank NTB Syariah ingin menjadi contoh bank daerah yang profesional, etis, dan berorientasi pada keberlanjutan. Lebih dari itu, langkah ini juga merepresentasikan nilai-nilai inti dari keuangan syariah itu sendiri: amanah, keadilan (al-‘adl), dan itqan (profesionalisme). Dengan menggabungkan prinsip syariah dan praktik tata kelola modern, Bank NTB Syariah tidak hanya membangun institusi yang sehat secara struktural, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual.

Apa Itu Meritokrasi?

Meritokrasi adalah sebuah sistem nilai dan pendekatan dalam tata kelola yang menempatkan individu dalam posisi atau tanggung jawab tertentu berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang dimilikinya. Istilah ini berasal dari kata Latin meritum yang berarti “layak” atau “berhak”, dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sistem yang memberi penghargaan atau kepercayaan kepada mereka yang memang pantas menerimanya berdasarkan prestasi dan kemampuan.

Dalam konteks organisasi modern terutama lembaga keuangan seperti bank, meritokrasi menjadi landasan penting untuk menjamin bahwa pengambilan keputusan, penempatan jabatan, serta perencanaan strategis tidak didasarkan pada hubungan personal, kedekatan politik, atau latar belakang sosial tertentu, melainkan semata-mata pada kualitas objektif seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang menempati posisi penting dalam organisasi adalah mereka yang benar-benar “the right person in the right place.”

Meritokrasi bukan hanya mekanisme seleksi, tetapi juga mencerminkan kultur organisasi yang menjunjung tinggi keadilan, profesionalisme, dan transparansi. Ketika meritokrasi dijalankan dengan konsisten, maka budaya kerja yang terbentuk akan lebih sehat, kompetitif secara positif, dan terhindar dari praktik-praktik disfungsional seperti kolusi, nepotisme, atau politisasi jabatan.

Dalam dunia perbankan khususnya perbankan syariah, prinsip meritokrasi justru sejalan dan bahkan diperkuat oleh nilai-nilai Islam. Islam sangat menekankan pentingnya amanah (kepercayaan yang diberikan kepada orang yang layak), ‘adl (keadilan dalam perlakuan dan keputusan), serta itqan (profesionalisme dan ketelitian dalam bekerja). Ketiga prinsip ini sejatinya adalah pilar-pilar etika kerja dalam Islam yang jika dijalankan secara sistemik, akan menghasilkan sistem meritokratis secara alamiah.

Meritokrasi juga memainkan peran penting dalam memperkuat kepercayaan publik terhadap lembaga perbankan. Dalam survei global yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer (2023), ditemukan bahwa kepercayaan terhadap institusi sangat dipengaruhi oleh persepsi publik atas integritas dan kompetensi para pemimpinnya . Dalam ekosistem keuangan, kepercayaan adalah modal utama, dan meritokrasi menjadi mekanisme untuk memastikan bahwa modal ini terus terjaga dan diperkuat.

Sebaliknya, ketika meritokrasi diabaikan, maka risiko yang muncul tidak hanya terkait dengan penurunan kinerja organisasi, tetapi juga menyangkut reputasi institusi, meningkatnya konflik internal, dan berkurangnya motivasi kerja dari talenta-talenta terbaik yang merasa tidak dihargai secara adil. Dalam jangka panjang, ini bisa menurunkan daya saing organisasi dan kepercayaan publik secara drastis.

Oleh karena itu, bagi Bank NTB Syariah dan institusi sejenis, meritokrasi bukan sekadar idealisme tata kelola, tetapi merupakan instrumen strategis untuk mencapai visi kelembagaan yang profesional, kredibel, dan berkelanjutan.

Komitmen PSP dan Pemilik Saham Bank NTB Syariah terhadap Meritokrasi

Komitmen PSP dan pemilik saham Bank NTB Syariah terhadap meritokrasi tidak hanya sebatas wacana, tetapi tercermin nyata dalam kebijakan dan praktik kelembagaan, terutama dalam proses seleksi pengurus bank. Penjaringan calon Direksi, Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dilaksanakan dengan sangat cermat melalui mekanisme yang menjunjung tinggi profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas.

Sebagai bukti konkret, sejak 24 April 2025, panitia seleksi pengurus Bank NTB Syariah membuka pendaftaran bagi calon direksi, komisaris, dan dewan pengawas syariah. Pendaftaran terbuka untuk umum bagi seluruh warga negara Indonesia. Calon pelamar bisa mendaftarkan diri secara langsung ke kantor Bank NTB Syariah maupun secara daring. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dilibatkan sebagai head hunter profesional untuk membantu mencari sumber daya manusia handal di bidang perbankan syariah. LPPI akan menyerahkan 25 nama kepada panitia seleksi untuk diseleksi kembali, sebelum akhirnya nama-nama yang dianggap layak memimpin Bank NTB Syariah itu diserahkan oleh Gubernur NTB kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk dilakukan uji kelayakan dan kepatutan.

Proses seleksi ini menunjukkan komitmen Bank NTB Syariah untuk mendapatkan jajaran pengurus yang profesional dan kompeten demi memperkuat tata kelola serta kinerja lembaga keuangan syariah daerah tersebut. Sebanyak 97 pelamar untuk berbagai posisi direksi telah mendaftar, menunjukkan antusiasme yang tinggi dari para profesional di bidang perbankan.

Mengapa Meritokrasi Penting?

Penerapan prinsip meritokrasi bukan hanya menjadi agenda reformasi internal, tetapi juga akan berdampak langsung pada peningkatan kinerja organisasi, kepercayaan publik, dan daya saing institusi. Dalam ekosistem perbankan yang penuh dinamika dan tuntutan regulatif, meritokrasi memastikan bahwa setiap kebijakan dan keputusan strategis dijalankan oleh individu yang benar-benar kompeten, berintegritas, dan memiliki komitmen terhadap kemajuan lembaga.

Khusus dalam konteks perbankan syariah, meritokrasi memiliki makna yang lebih dalam. Ia tidak semata-mata tentang keunggulan teknis atau kapasitas manajerial, tetapi juga mencakup pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai inti syariah seperti amanah, keadilan, dan profesionalisme. Oleh karena itu, figur-figur yang dipilih untuk memimpin tidak hanya dituntut andal dalam aspek finansial dan operasional, tetapi juga harus mampu merepresentasikan karakter etis dan spiritual yang menjadi ruh dari sistem keuangan syariah.

Melalui penerapan meritokrasi secara konsisten, Bank NTB Syariah tidak hanya sedang membangun fondasi manajemen modern yang adaptif dan efisien, tetapi juga secara bersamaan memperkuat identitasnya sebagai bank syariah yang otentik dan berprinsip. Ini adalah langkah strategis yang tidak hanya memperkuat posisi kompetitif bank di industri, tetapi juga memperdalam kepercayaan masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama.

Dengan meritokrasi, Bank NTB Syariah menunjukkan bahwa tata kelola modern dan nilai-nilai syariah bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari mata uang yang sama saling menguatkan untuk mencapai keberlanjutan dan keberkahan dalam pengelolaan keuangan.

Tantangan dan Harapan

Menerapkan meritokrasi dalam sebuah institusi, khususnya bank daerah, tentu bukan tanpa tantangan. Tekanan eksternal, ekspektasi politik, serta sisa-sisa budaya birokrasi lama sering kali menjadi hambatan laten dalam mewujudkan sistem yang benar-benar objektif dan berbasis kompetensi. Tantangan ini kerap muncul dari berbagai arah, termasuk dari para pemilik saham yang memiliki kepentingan beragam dan berada pada organisasi kepartai yang beragam pula.

Namun, komitmen kolektif dari seluruh pemangku kepentingan terutama Dewan Komisaris, Pemegang Saham, dan Pemerintah Daerah menjadi kunci penting untuk menjaga arah perubahan ini tetap pada jalurnya. Keteguhan dalam menjunjung meritokrasi harus dilihat sebagai investasi jangka panjang demi keberlanjutan dan kredibilitas lembaga, bukan semata keputusan teknis atau administratif.

Bank NTB Syariah telah menunjukkan bahwa keberanian untuk berubah, meskipun menghadapi tekanan dan tantangan, adalah syarat utama untuk tumbuh menjadi lembaga yang kuat dan dihormati. Jika prinsip meritokrasi terus ditegakkan secara konsisten, bank ini memiliki peluang besar untuk menjadi model tata kelola bank syariah daerah yang profesional, efisien, dan memiliki daya saing tinggi di tingkat nasional.

Dengan dukungan ekosistem yang sehat, kepemimpinan yang visioner, dan budaya kerja yang berlandaskan nilai-nilai syariah dan profesionalisme, Bank NTB Syariah tidak hanya akan menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga acuan nasional dalam membangun sistem keuangan syariah yang modern dan bermartabat.

Penutup

Meritokrasi bukan sekadar jargon kelembagaan atau hiasan dalam dokumen visi dan misi, ia adalah pilar transformasi yang menentukan arah dan kualitas tata kelola suatu institusi. Dalam tubuh Bank NTB Syariah, prinsip ini menjadi landasan penting untuk membangun sistem yang sehat, adaptif, dan bertanggung jawab.

Dengan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat berdasarkan kompetensi, integritas, dan pemahaman nilai-nilai syariah. Bank NTB Syariah tidak hanya memastikan keberlangsungan operasional yang efisien, tetapi juga menjamin kualitas layanan yang optimal kepada masyarakat. Keputusan-keputusan strategis menjadi lebih akurat, risiko dapat dikelola secara profesional, dan budaya organisasi tumbuh dalam suasana kepercayaan dan kolaborasi.

Dampaknya bukan hanya akan dirasakan secara internal, tetapi juga secara eksternal. Kepercayaan nasabah terjaga, reputasi lembaga menguat, dan kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi daerah pun semakin terlihat. Sebagai bank pembangunan daerah yang berlandaskan syariah, Bank NTB Syariah memiliki peran strategis dalam menjembatani kebutuhan masyarakat dengan prinsip keuangan yang etis dan adil.

Melalui komitmen terhadap meritokrasi, Bank NTB Syariah sedang menapaki jalan transformasi yang tidak hanya membawa kemajuan kelembagaan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi institusi keuangan syariah lainnya di Indonesia.(*)

Artikel Yang Relevan

Iklan



Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut