Lombok (ekbisntb.com) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) kembali menunjukkan potensinya sebagai salah satu sentra produksi pangan terluas di Indonesia. Bupati Lotim, H. Haerul Warisin, menyatakan wilayahnya memiliki areal pertanian yang luas dan produktif.
“Lotim merupakan areal paling luas untuk produksi pangan. Ada lahan tegalan yang bahkan bisa ditanami dua kali dalam setahun, meski banyak petani memilih menanam sekali dan beralih ke palawija,” ujar H. Iron – sapaan akrabnya pada panen perbenihan padi di lahan Kelompok Tani Mentaum II, Desa Montong Baan, Kecamatan Sikur, Kamis 13 Maret 2025. Acara ini juga dihadiri oleh Dandim 1615 Bayu Sigit Dwi Untoro, Direktur PT Agrinas Mandiri, Yos Trioso, dan Plt Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi.

Bupati menekankan pentingnya benih padi unggul sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan produksi pangan. “Benih yang dipanen ini akan menjadi benih untuk masa tanam berikutnya. Perlakuan panen benih berbeda dengan panen konsumsi, karena benih harus melalui proses seleksi yang ketat,” jelasnya.
Ia juga berharap pembinaan kepada petani terus dilakukan agar pertanian di Lotim bisa lebih modern dan tidak hanya fokus pada padi, tetapi juga jenis tanaman lain.
Lotim memiliki lebih dari 3.000 embung (waduk kecil) yang berfungsi ganda, yaitu untuk irigasi dan budidaya ikan. “Warga yang memiliki lahan 3 hektar, 40 are-nya dijadikan embung. Ini sangat membantu petani dalam mengelola air dan meningkatkan produktivitas pertanian,” tambah Bupati.
Meski Lotim dikenal sebagai penghasil pangan utama, Bupati Haerul mengakui bahwa 14,37 persen dari luas areal sawah di Lotim masih diolah oleh masyarakat miskin. “Ladang miskin ada di petani dan nelayan. Kami berharap pupuk subsidi tetap tersedia karena petani Lotim sangat tergantung pada pupuk subsidi. Tanpa itu, produksi akan turun,” ujarnya.
Ia juga mengkhawatirkan impor beras jika produksi lokal tidak didukung dengan baik. Saat ini, subsidi pupuk hanya mencakup 9 jenis, padahal ada 50 komoditas yang bisa ditanam di Lotim. “Banyak petani yang tidak mendapatkan jatah pupuk subsidi. Ini harus menjadi pertimbangan pemerintah pusat,” tegas Bupati.
Ia menegaskan pembicaraan tentang pangan tidak hanya terbatas pada beras, jagung, dan kedelai, tetapi juga pada semua komoditas yang bisa diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Pada bagian lain, Bupati juga menyoroti program Masyarakat Bergizi Gratis (MBG) yang akan dilaksanakan ke depan. “Program ini akan membutuhkan banyak sayuran. Saya menyarankan agar petani memperbesar pematang sawah untuk menanam cabai dan kedelai hitam,” ujarnya.
Mantan Wakil Bupati Lotim ini mengajak masyarakat untuk kembali ke kearifan lokal dalam mengelola pertanian.
PT Agrinas Mandiri, melalui Direktur Yos Trioso, menyatakan komitmennya untuk mendukung produksi benih padi di Lotim. Agrinas bekerja sama dengan lima penangkar benih di Lotim, masing-masing dengan target luas lahan 100-300 hektar. Benih yang dihasilkan adalah benih unggul yang telah melalui proses sertifikasi.
Benih yang telah bersertifikat akan diberi label biru, menandakan bahwa benih tersebut tidak bisa ditanam lagi dan harus digunakan sebagai benih murni.
Plt Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi, menambahkan produksi benih bersertifikat di Lotim telah mencapai 5.000 ton, dengan kelebihan produksi yang bisa diekspor ke daerah lain. “Jika penangkar benih di Lotim semakin berdaya, maka potensi ekspansi ke luar daerah sangat besar,” ujarnya.
Menurut Fathul, Lotim mampu memproduksi 5.000 ton benih padi bersertifikat, dengan jenis unggulan Impari 32. Kebutuhan benih di Lotim sendiri hanya 1.500 ton, sehingga terdapat kelebihan produksi yang dapat didistribusikan ke daerah lain. (rus)