Lombok (ekbisntb.com) – Menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru, Pemerintah Provinsi NTB datangkan 600.000 butir telur ayam dari Provinsi Jawa Timur. Selain telur ayam, sebanyak 22.000 butir telur puyuh juga diimpor dari daerah tersebut.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi NTB, Muhammad Riadi, SP, M.Ec.Dev., mengungkapkan selama kurun waktu setahun, dirinya telah melakukan impor telur ke NTB selama tiga kali.
“Yang realnya sudah saya izinkan tiga kali di tahun ini. Ada yang kemarin minta 25 ton, tapi saya tidak kasih, saya kasih 10 ton saja untuk bulan ini,” ujarnya kepada Ekbis NTB, Senin, 25 November 2024.
Riadi mengungkapkan, kebutuhan telur di NTB sebenarnya masih bisa ditopang oleh peternak lokal. Bahkan, para peternak meminta kepada pemerintah untuk tidak memasukkan telur ke NTB.
Namun, permintaan tersebut tidak bisa diwujudkan karena adanya bisnis antar daerah. Sehingga, yang bisa dilakukan ialah mensortir telur yang masuk agar tidak mengganggu produksi telur peternak.
“Peternak kita sendiri masih enjoy, malah mereka maunya telur tidak masuk biar mereka bisa menikmati harga, tapi tidak bisa begitu. Kita tidak bisa menolak telur masuk. Kita tidak bisa melanggar bisnis to bisnis,” jelasnya.
Telur yang telah didatangkan tersebut disalurkan ke tiga pengusaha yang ada di NTB, yaitu UD Azka Putra, Sumbawa sebanyak 200.000 butir telur ayam ras, dan UD Pandawa, Sumbawa sebanyak 400.000 butir. Sedangkan untuk telur puyuh disalurkan kepada UD Enggal Jaya di Mataram.
Selain telur, daging sapi dan sapi beku juga disiapkan untuk menyambut Natal dan Tahun Baru. Namun untuk daging, Pemprov NTB tidak melakukan impor dari luar karena NTB sebagai daerah swasembada daging.
“Daging kan kita produsen, kita tidak usah khawatir. Walaupun daging beku kita tidak perlu khawatir, tidak ada yang masuk,” katanya.
Ia menyatakan, NTB berada di urutan ke tiga daerah penyumbang daging sapi secara nasional. Bahkan di tahun ini, Disnakkeswan NTB mengeluarkan sebanyak 54.000 ekor sapi untuk dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.
Sehingga meski ada kegiatan keagamaan atau hari raya besar, kebutuhan akan daging sapi masih tetap terpenuhi. “Yang belum kita swasembada itu daging merah. Kalau, kita bicara daging merah di NTB kita sudah swasembada. Kalau kita bicara nasional baru kita kekurangan,” tutupnya. (era)