RENCANA pemerintah pusat untuk menurunkan harga tiket pesawat disambut baik oleh Pemprov NTB. NTB sebagai provinsi dengan sektor pariwisata yang sedang berkembang membutuhkan kebijakan yang memungkinkan orang lebih banyak datang berwisata, salah satunya melalui harga tiket yang terjangkau.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahwa kebijakan khusus ini akan dirancang agar tarif tiket pesawat menjadi lebih kompetitif demi meningkatkan pariwisata di dalam negeri.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTB H. Lalu Muhammad Faozal menilai rencana pemerintah pusat tersebut sangat bagus jika mampu terwujud. Pemprov NTB menurutnya dalam posisi menunggu realisasi dari kebijakan tersebut, karena daerah tak memiliki kebijakan soal harga tiket.
“Kita tunggu. Bagus kalau bisa terwujud,” kata Lalu Moh. Faozal kepada Ekbis NTB, Minggu 10 November 2024.
Diakui ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh maskapai yang melayani rute Lombok yaitu masalah keterisian pesawat. Misalnya saja rute Lombok – Semarang atau sebaliknya yang dinilai hanya bisa melayani sedikit penumpang. Sehingga rute tersebut sedang dalam tahap evaluasi.
“Semarang nggak ada penumpang. Kita ada penerbangan tiga kali seminggu, sekarang mau kita evaluasi, tidak ada penumpang. Siapa yang isi pesawat? Jangan perhubungan dong,” ujarnya.
Dalam pernyataan sebelumnya, Faozal mengatakan, soal harga tiket penerbangan ini menjadi kebijakan pemerintah pusat dan perusahaan airlines. Sehingga Pemda tak bisa melakukan intervensi.
“Regulasi udara itu adalah pure pusat, baik itu kapasitas angkut maupun kontrol harga tiket dengan ambang atas dan ambang bawah dan itu sering kali kita terjemahkan harga tiket mahal,” ujarnya.
Faozal mengatakan, komponen harga tiket penerbangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya yaitu harga bahan bakar avtur. Harga avtur yang beragam di Indonesia turut mempengaruhi harga tiket, termasuk tujuan Lombok.
“Ini menyebabkan pada rute tertentu bisa jadi lebih mahal. Misalnya lebih murah ke Kuala Lumpur daripada Lombok ke Jakarta, karena memang bisnis harga avtur di Kuala Lumpur lebih murah belinya ketimbang mereka belinya di BIZAM,” katanya.
Ia menambahkan, persoalan lainnya yang dihadapi yaitu penerbangan ke Lombok belum sebanyak yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dampaknya yaitu pada harga tiket. “Artinya kita dorong airlinesnya buka. Namun sekarang kita sudah buka, flight tanya penumpangnya mana, mereka juga kan bisnis. Itu juga yang menyebabkan airlines tidak sesuai dengan kebutuhan,” ujar Faozal.
Mantan Kadis Pariwisata NTB ini mengatakan, Pemprov NTB terus mendorong bagaimana destinasi Lombok – Sumbawa menjadi prioritas, sehingga betul-betul menjadi destinasi yang banyak dikunjungi. Salah satunya adalah KEK Mandalika.
Diharapkan dengan adanya ratusan event lokal, nasional dan internasional di Mandalika dan NTB secara umum bisa menggaet lebih banyak wisatawan yang pada akhirnya akan menghidupkan bisnis penerbangan. Dengan cara ini, kemungkinan besar harga tiket pesawat juga akan kompetitif.
Untuk diketahui, saat ini Bandara Lombok melayani konektivitas langsung menuju sepuluh destinasi domestik, yaitu Jakarta (CGK), Surabaya (SUB), Yogyakarta (YIA), Bali (DPS), Bima (BMU), Sumbawa Besar (SWQ), Makassar (UPG), Balikpapan (BPN), Semarang (SRG), dan Batam (BTH). Penerbangan-penerbangan tersebut dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia (GA), Citilink (QG), Lion Air (JT), Batik Air (ID), Super Air Jet (IU), Wings Air (IW), dan Pelita Air (IP).
Sedangkan untuk penerbangan internasional, saat ini ada dua destinasi yakni tujuan Kuala Lumpur (KUL) yang dilayani oleh maskapai Indonesia AirAsia (QZ), AirAsia Berhad (AK), dan Batik Air Malaysia (OD) serta tujuan Singapura yang dilayani oleh Scoot (TR).(ris)