Mataram (Ekbis NTB) – Uang lusuh yang sudah jadi limbah atau Limbah Racik Uang Kertas (LRUK) potensinya cukup besar. Di Provinsi NTB, volumenya bisa mencapai delapan ton sebulan. Uang yang sudah menjadi limbah inilah yang akan dimanfaatkan menjadi bahan bakar campuran batu bara untuk pembakaran PLTU Jeranjang, Lombok Barat.
Sebagai wujud komitmen terhadap transisi energi, PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB menggandeng Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB untuk berkolaborasi didalam pemanfaatan LRUK sebagai bahan bakar campuran batubara untuk PLTU Jeranjang.
Sebagaimana keterangan resmi PLN UIW NTB kepada media ini, GM PLN UIW NTB, Sudjarwo dan Kepala Bank Indonesia NTB, Berry Arifsyah Harahap sudah melakukan tanda tangan kerjasama. tanggal 24 April 2024 di kawasan Sirkuit Mandalika, bertepatan dengan pelaksanan Mandalika EV Experience Chapter II.
Dalam UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Pemusnahan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan Pemerintah.
Selaras dengan Program Net Zero Emission 2050 di Provinsi NTB, program co-firing merupakan upaya pengurangan emisi dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai salah satu cara untuk mempercepat transisi energi bersih dan mengurangi emisi karbon dalam penggunaan energi fosil.
Pemanfaatan LRUK sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan sekaligus mengatasi permasalahan sampah racikan uang kertas telah menjadi jawaban dari kebutuhan EBT dan semangat zero waste.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap menyatakan besarnya potensi LRUK. Sejak tahun 2016 dihasilkan limbah uang secara rata-rata, 7,5 hingga 8 ton per bulannya.
“Kami butuh pembangkit yang mampu mengelola LRUK ini sebagai cofiring untuk menghasilkan energi listrik agar terkelola dengan baik dan green.” kata Berry.
Berry berharap dengan kerjasama ini pemanfaatan LRUK ini dapat dikelola dengan baik dan ramah lingkungan.
“Kami berharap pengelolaan limbah racik uang kertas ini lebih baik dan ramah lingkungan. Dan ini juga sejalan dengan program dari Bank Indonesia yaitu Waste to Energy yaitu bagaimana LRUK ini bisa untuk membangkitkan energi.” tambah Berry.
Sementara itu, General Manager PT PLN (Persero) UIW NTB, Sudjarwo mengatakan, kebutuhan co-firing di NTB masih cukup besar.
“Penggunaan biomassa dalam proses co-firing PLTU di NTB sampai dengan bulan April 2024 telah mencapai 11,63%. Masih banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan PLTU yang harapannya bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak.” tambahnya.
Untuk meningkatkan penggunaan biomassa, menurutnya, PLN tentunya tidak bisa sendiri, dibutuhkan kolaborasi dari seluruh stakeholder.
“Terimkasih dukungan Bank Indonesia, masyarakat NTB, bersama kita akan wujudkan Net Zero Emission untuk menghadirkan energi bersih yang berkelanjutan.” tutup Sudjarwo.(bul)