PERKIRAAN Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau tahun 2024 akan lebih panjang dibandingkan dengan tahun 2023. Sehingga, hal ini akan berdampak pada hasil panen petani.
Sebagai lumbung pangan nasional, selain dengan melakukan pompanisasi dan irigasi perpompaan, Pemerintah Provinsi NTB juga akan membuat program penggalian sumur dalam atau sumur bor bagi petani supaya Indeks Pertanian (IP) bisa meningkat.
“Terkait dengan perkiraan BMKG, kami juga sedang menyiapkan sumur dalam. Jadi sumur dalam termasuk sumur pompa, jadi apabila sumur dangkal ini misalnya hanya bisa dua kali panen, ternyata lahan kita masih bisa penanaman, kita akan bantu dengan menggali sumur dalam,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Disdistanbun) Provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat pada Kamis, 30 Mei 2024.
Program penggalian sumur dalam atau sumur bor sebagai antisipasi apabila akan terjadi kekeringan, seperti perkiraan BMKG, penggalian sumur pompa dalam ini akan dilaksanakan di lahan-lahan yang kekurangan air setelah panen. Namun masih berpotensi untuk dilakukan penanaman di lahan tersebut, sehingga IP akan turut meningkat, tidak hanya IP 100 tapi bisa sampai IP 300 per tahun. “Sekarang mau dipersiapkan programnya kalau benar-benar terjadi kekeringan,” lanjutnya.
Selain itu, Kementerian Pertanian (Kementan) juga telah mengeluarkan SK pada 24 Mei 2024 kemarin, meminta kepada Pemprov NTB untuk melakukan percepatan Pompanisasi dan Optimalisasi Pangan sebagai antisipasi darurat pangan.
Menyikapi perintah Kementan tersebut, Pemprov NTB telah melakukan distribusi pompa kepada petani yang dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama sebanyak 173 pompa, dan sekarang tahap kedua yang masih dalam proses akan di distribusikan 3.000 pompa. “Tahap kedua on progress sebanyak 3.000 pompa kepada 30.000 hektar lahan,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Taufieq juga mengimbau kepada seluruh petani untuk kembali menanam padi setelah panen, artinya, petani jangan sampai menanam komoditas pertanian lain di lahan penanaman padi. (era)