spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiKekeringan Pengaruhi Produksi Pangan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Lobar Puso

Kekeringan Pengaruhi Produksi Pangan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Lobar Puso

Di tengah kondisi iklim atau cuaca kemarau yang menyebabkan kekeringan lumayan parah di berbagai wilayah di Lombok Barat (Lobar). Tidak saja menyebabkan warga mengalami krisis air, namun mempengaruhi hasil produksi pertanian Lobar akibat gagal panen. Mengantisipasi dampak yang lebih besar, Pemkab Lobar pun telah melakukan berbagai langkah.

PETANI di wilayah Dusun Gumesa Desa Giri Tembesi Kecamatan Gerung, Wayan Suarjana mengaku di wilayahnya ada sekitar 30 hektar lahan padi yang gagal tumbuh akibat kekeringan. “Ada sekitar 30 hektar kalau di dusun kami,” katanya.

- Iklan -

Kalau bicara cakupan desa, maka luas lahan terdampak lebih luas lagi, bisa mencapai 100 hektar. Pada musim tanam 1, tanaman padi petani bisa panen.  Pada musim tanam kedua, padi hasil semai tidak bisa ditanam, sehingga petani pun gagal tanam.

“Tidak saja padi, tanaman jagung pun terpaksa disambit untuk pakan ternak. Terpaksa kami sabit, karena kalau tidak maka tidak bisa hidup karena tidak ada air,”ujarnya.

Berhubung daerah ini tadah hujan, maka petani berharap agar dibantu program sumur bor. “Kami butuh sumur bor,” harap Wayan Suarjana.

Sementara dari data Dinas Pertanian, sekitar 106 hektar lahan tanaman padi milik petani terkena puso. Ratusan hektar padi ini tersebar di beberapa kecamatan di antaranya Kuripan, Lembar, Sekotong. Dari 106 hektar tersebut  terdapat 56 hektar mendapat bantuan melalui asuransi usaha tani, sedangkan sisanya 50 hektar lagi tidak mendapatkan asuransi.

Kepala Dinas Pertanian Lobar, Damayanti Widyaningrum mengatakan dampak kekeringan yang melanda daerah Lobar, terjadi puso di sejumlah Daerah.

Seperti di wilayah Sekotong, Lembar dan Kuripan. Para petani gagal panen karena kekeringan tersebut. Dari luas lahan pertanian yang terdampak kekeringan seluas 106 hektar, sudah proses klaim asuransi usaha tani 57 hektar. Wilayah yang banyak mengajukan klaim asuransi berasal dari Kuripan.“106 sudah puso (gagal panen), yang dibantu melalui asuransi usaha tani, itu ada sekitar 56 hektar,”sebut Damayanti.

Sementara wilayah yang banyak tak mendapat asuransi di Kuripan mencapai 50 hektar, sehingga petani pun merugi. Kalau dihitung kerugian per hektar Rp7 juta (biaya produksi) kemudian dikalikan 50 hektar, maka kerugiannya Rp350 jutaan.

Menurutnya hal ini sekaligus menjadi pelajaran bagi petani di Lobar, terutama yang ada di wilayah gagal panen akibat kekeringan, harus ikut asuransi usaha tani tersebut. Sebab diakui sejauh ini belum banyak petani yang ikut asuransi tersebut. “Kita terus imbau petani ikut asuransi, karena sangat bermanfaat,’’ ujarnya.

Pihaknya lebih gencar melakukan sosialisasi ke warga melalui petugas penyuluh. Karena bayarnya murah, Rp36 ribu per musim tanam per hektar. “Tapi ketika terjadi gagal, kembali diganti semua biaya yang dikeluarkan petani,” imbuhnya.

Sejauh ini pihaknya mengantisipasi lahan pertanian tedampak kekeringan akibat cuaca ekstrem melalui berbagai upaya. Pihaknya telah meminta penyuluh lapangan untuk turun mengecek wilayah-wilayah yang rawan kekeringan. Hasil turun tersebut langsung dilaporkan penyuluh ke dinas untuk ditindaklanjuti.

“Kami tindaklanjuti dengan turun action memberikan pompanisasi, beberapa daerah sudah kita tangani,” katanya.

Disebutkan, beberapa wilayah yang dilaporkan alami kekeringan, langsung dibantu pompanisasi. Di antaranya, 61 hektar lahan di Gerung yang dilaporkan petugas sudah diairi melalui pompa, sehingga tidak jadi mengalami kekeringan. Di Sekotong, ada 8 hektar sudah diatasi.

Kemudian di Lembar ada 139 hektar terancam kekeringan, dengan bantuan pompanisasi bisa diatasi. Selanjutnya ada lagi laporan 197 hektar juga terancam kekeringan sedang di Kuripan. Bahkan ia bersama jajarannya turun langsung melaksanakan pompanisasi ke sawah warga terrdampak. “Kami turun langsung, Alhamdulillah sudah bisa terairi melalui pompanisasi. Jadi kami sudah antisipasi sejauh itu,” ujarnya.

Kalau dihitung total luasan areal lahan pertanian yang telah mampu ditangani dan diatasi mencapai 405 hektar. Jika dihitung hasil produksi per hektar rata-rata 5,6 ton, maka dari luasan 405 hektar tersebut mampu diselamatkan 2.268 ton hasil produksi. “Itu sudah yang bisa diselamatkan, kita berupaya Sigap sesuai jargon Pemda (Pak Pj bupati),”ujarnya.

Ia menjelaskan, pompanisasi ini merupakan langkah jangka panjang, sehingga pihaknya sudah menginventarisir petani dan kawasan yang akan diberikan bantuan pompanisasi. Yakni kawasan yang punya sumber air, baik sungai, embung, air sumur tanah dangkal dan air permukaan.

Pihaknya mengusulkan 576 pompa,  yang sudah didrop baru sebagian oleh pemerintah pusat. Diakui pompanisasi lahan pertanian ini terkendala sumber air yang disedot yang tidak ada di wilayah tersebut, karena lahannya tadah hujan. Pihaknya pun akan mencoba untuk antisipasi tahun-tahun ke depan dengan membangun sumur bor dan irigasi tanah dangkal, sehingga nanti ketika kekeringan, bisa ambil air dari sumur bor tersebut menggunakan pompa.”Kita akan bangun sumur bor dan irigasi tanah dangkal, begitu kering kita ambil air dari sana untuk airi sawah,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Lobar H. Khalid mengatakan kekeringan yang terjadi hampir merata di seluruh daerah Lobar tentu berpengaruh terhadap produksi pangan daerah. Kendati diakui, soal produksi itu kewenangan ada di Distan. “Ya berpengaruh, karena ini (kekeringan) terjadi hampir di semua daerah,”katanya.

Hal ini terlihat dari hasil panen yang didroping petani. Namun syukurnya kata Khalid, ada beras SPHD dari Bulog yang didroping ke masing-masing desa. “Mudah-mudahan di Oktober bisa terdroping sehingga kami berharap bisa ter-cover,”imbuhnya. (her)

Artikel Yang Relevan

Iklan








Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut