Lombok (ekbisntb.com) – Perum Bulog Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat realisasi serapan gabah yang melebihi target Pemerintah sebesar 134 persen. Bahkan Bulog NTB mencatat rekor lima besar daerah dengan serapan tertinggi di Indonesia.
“Hingga 27 April 2025 Perum Bulog NTB telah menyerap 147.292 ton gabah kering panen (GKP), melampaui target 109.831 ton,” kata Pemimpin Bulog NTB, Sri Muniati, bersama Wapimwil Bulog NTB, didampingi Musazdin Said Wakil Pemimpin Wilayah Bulog NTB dan David Donny Kurniawan, Manager Admistrasi Dan Keuangan Bulog NTB dalam diskusi di kantornya, Senin, 27 April 2025.

Sri Muniati menjelaskan bahwa Bulog terus berupaya menyerap hasil panen petani di NTB dan juga fokus pada penyerapan beras dari mitra Bulog. Target serapan beras adalah 179.600 ton setara beras, dan saat ini telah terealisasi 22 ribu ton atau sekitar 18 persen dari target.
Suksesnya serapan gabah dan beras ini, menurut Sri, tidak terlepas dari kerja sama yang kuat antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, TNI, mitra, dan seluruh SDM Bulog. Upaya ini mendukung program Presiden Prabowo untuk menyerap 3 juta ton setara beras secara nasional awal tahun ini.
Sri Muniati mengakui adanya kendala dalam penyerapan hasil panen, terutama keterbatasan fasilitas pengeringan di tingkat mitra dan kapasitas penggilingan yang terbatas.
“Kami sudah mendorong mitra Bulog untuk modernisasi sarana, karena kita berada di daerah dengan produksi padi tinggi,” katanya.
Namun, keterlibatan TNI pada serapan ini sangat membantu, salah satunya melalui Komando Distrik Militer (Kodim) 1607/Sumbawa, juga turut melaksanakan kegiatan pengeringan gabah hasil serapan di halaman Makodim 1607/Sumbawa.
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas gabah sebelum penyimpanan dan mempererat sinergi antara TNI AD dan instansi pemerintah dalam bidang ketahanan pangan. Proses pengeringan dilakukan sesuai prosedur teknis untuk menurunkan kadar air gabah hingga mencapai standar ideal.
Sri Muniati mengungkapkan bahwa serapan gabah dan beras dalam empat bulan pertama tahun ini adalah yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. NTB kini masuk dalam lima besar nasional sebagai daerah penyumbang serapan tertinggi, bersama dengan Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Belanja Bulog untuk serapan beras dan gabah di NTB pada awal tahun ini mencapai Rp1,2 triliun lebih, yang beredar langsung di masyarakat. Angka ini belum termasuk biaya tambahan seperti ongkos angkut, pembelian kemasan, dan biaya penggilingan. Dalam melakukan serapan, Bulog berkolaborasi dengan TNI dan seluruh stakeholder terkait.
Sri Muniati menyampaikan terima kasih atas dukungan dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota se-NTB, Korem 162/Wira Bhakti, seluruh Kodim, Babinsa, dan Danramil. Dukungan ini membantu Bulog mendapatkan informasi tentang rencana panen dan menindaklanjuti serapan. Apresiasi juga diberikan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang telah mendampingi petani padi di seluruh daerah.
Harga pembelian pemerintah saat ini adalah Rp6.500 untuk gabah kering panen dan Rp12.000 untuk beras. Sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Cadangan beras pemerintah yang dikuasai oleh Kanwil Bulog NTB saat ini sebanyak 105.000 ton setara beras, yang menurut Sri Muniati, sangat memadai.
“Apabila sewaktu-waktu pemerintah memberikan penugasan untuk penyalurannya, kita siap untuk melakukan penyaluran baik berasnya sendiri, kualitas medium dan baik,” katanya.
Bulog NTB dan cabang-cabangnya terus melaksanakan serapan seoptimal mungkin terhadap gabah kering panen, dan dengan stok yang cukup tinggi ini, harga beras di pasaran tetap terpantau aman dan baik.(bul)