Kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat hingga pembatasan rapat-rapat di hotel berdampak terhadap pengurangan kegiatan Meeting, Incetive, Convention dan Exhibition (MICE) hingga 25 persen. Hal ini pun perlu disikapi serius oleh pemerintah. Tidak saja melakukan efisiensi dan pembatasan, namun juga perlu ada kebijakan pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha industri hotel tetap eksis.
Di antaranya pemerintah perlu melakukan intervensi persoalan tarif pesawat, promosi, penataan destinasi, memperkuat aksesibilitas baik darat maupun laut.

Ketua Senggigi Hotel Association (SHA), Ketut M Jaya Kusuma, mengatakan kebijakan efisiensi dan pembatasan kegiatan di hotel tentu berdampak terhadap pengurangan MICE hingga pendapatan hotel itu sendiri. “Pengurangan (MICE) pasti ada. Bisa berdampak sekitar 25 persen, tapi itu bisa disubstitusi kalau sektor Leisure Market lancar,” katanya, Minggu 20 April 2025.
Dari sisi tingkat hunian, secara umum hotel di Senggigi mencapai 60 persen untuk kuartal 1, mulai dari Januari hingga Maret. Di bulan ini, khusus Hotel Holiday Resort rata-rata tingkat hunian 82 persen. Bahkan pada Juli dan Agustus, booking kamar sudah mencapai 78 persen. “Saya pikir di bulan Juli dan Agustus nanti di angka 90 persen,” sebutnya.
Menurutnya, ini khusus Senggigi, berbeda kalau Mataram karena sangat identik dengan MICE sebagai pasar utamanya.
Sejauh ini info dari para general manager (GM)di kawasan Senggigi masih belum ke arah merumahkan karyawannya. Mungkin karena Senggigi sebagai destinasi wisata tidak hanya mengandalkan MICE dari pemerintah. “Kami mendukung efisiensi yang terukur dan akurat. Kami justru ingin sektor Leisure Market yang diperkuat,” harapnya.
Upaya memperkuat itu, ia mendorong langkah nyata dari pemerintah. Seperti kebijakan dalam tarif penerbangan perlu adanya support dari pemerintah, sehingga harga terjangkau. Upaya promosi destinasi dari pemerintah tetap dianggarkan dan dilakukan, sehingga destinasi di Lombok dan NTB ini semakin dikenal. Selanjutnya, pemerintah harus memperkuat aksesibilitas baik yang lewat udara maupun laut.
“Sekarang mayoritas tamu-tamu kami melalui laut dari Bali. Pelabuhan Senggigi sudah dalam perencanaan revitalisasi mudah-mudahan berjalan dengan lancar,” harapnya.
Pihaknya juga mendorong penataan destinasi, dimana sejauh ini destinasi masih terlihat kumuh. Sejalan itu, pelaku industri juga mesti melakukan berbagai upaya mensiasati kebijakan efisiensiaAnggaran ini. “Kita mesti maksimalkan Leisure Market,” ujarnya.
Poin ini yang perlu dipertimbangkan, untuk memaksimalkan Leisure Market. “Government jangan omon-omon saja, sementara industri juga jangan mengeluh saja. Ini butuh upaya bersama,”imbuhnya.
Menurutnya, industri pariwisata itu simpel. Yang penting, intinya mau dan serius dikerjakan. Apakah perlu mendorong perbanyak event khusus di Senggigi, menurutnya sangat perlu. Namun kata Ketut, jangan jauh-jauh ke event dulu, akan tetapi menuntaskan pokok-pokok permasalahan yang ada, seperti, dermaga, destinasi yang kumuh dan sampah.
“Pemda sudah tahu apa yang mesti dikerjakan. Ini pemerintahan baru kita kasih waktu untuk mengatur dan menjalankan pemerintahannya,” tutupnya. (her)