Lombok (ekbisntb.com) – Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB, Sahdan M. Saleh mengatakan tingginya harga kamar hotel menjelang perhelatan MotoGP 2024 ini membuatnya dilema. Menurutnya, fenomena ini menghambat promosi pariwisata NTB.
“Ini dilematis, karena kami ingin perjuangkan pariwisata di NTB ini naik, sementara ada problem-problem seperti ini yang harus kita selesaikan,” ujarnya saat ditemui Suara NTB, Jum’at, 13 September 2024.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah NTB meminta BPPD sebagai badan promosi daerah harus bisa menjadi jembatan antara masyarakat, wisatawan, dengan pihak perhotelan. Sekda juga menyarankan kepada Pemkab/Pemkot untuk bisa menerapkan pajak progresif dan meminta PHRI sebagai satgas untuk membantu mengatasi masalah harga hotel ini.
Menyikapi hal ini, Sahdan mengatakan penerapan pajak progresif sebagai langkah yang bisa ditempuh untuk menstabilkan harga kamar hotel. Pihaknya sangat setuju jika pajak progresif ini diterapkan.
“Badan Promosi sangat setuju pajak progresif diterapkan agar bisa menstabilkan harga kamar hotel, karena bagaimanapun juga konsumen ingin berwisata dengan biaya terjangkau,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan Badan Promosi Pariwisata pernah meminta pelaku perhotelan untuk menjual kamar dengan harga stabil sesuai dengan Pergub di momen MotoGP ini. Respon dari pihak hotel mengatakan sebagian besar hotel sudah full, dan harga kamar tak bisa diturunkan.
“Mau turunkan bagaimana, kami sudah full,” ungkap Sahlan menyampaikan jawaban pelaku perhotelan.
Selain harga kamar hotel, lesunya informasi terkait perhelatan MotoGP juga membuat ketua Astindo ini dilema. Ia mengatakan meski sudah melakukan promosi dengan maksimal, namun tetap saja tingginya akomodasi menuju epicentrum perhelatan MotoGP Mandalika sangat tinggi.
Menurutnya, salah satu penyebab minimnya gaung MotoGP tahun ini adalah karena tidak adanya koordinasi antara pihak penyelenggara yaitu ITDC dan MGPA dengan pihak Badan Promosi. Harusnya, jauh-jauh hari sebelum MotoGP digelar, ITDC sudah membuka komunikasi dengan BPPD untuk mempromosikan perhelatan ini.
“Harusnya lima, enam bulan lalu. Bukan sekarang kita diajak bicara. Begitu penonton sepi mereka sibuk. Kita akui penonton tahun ini sepi karena akomodasi mahal, tetapi harusnya kita duduk bersama untuk mencari solusinya. Kita undang seluruh stakeholder termasuk perhotelan,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya akan tetap gencar melakukan promosi pariwisata NTB, khususnya promosi MotoGP dengan meyakinkan kepada calon wisatawan bahwa NTB menjual harga kamar hotel secara wajar.
“Kami tidak ingin menyalahkan siapapun, kita lakukan upaya bagaimana agar promosi bahwa ini adalah harga yang wajar. Tugas kita tetap melakukan promosi dengan harga yang ada, baik itu tiket pesawat, hotel, akomodasi,” pungkasnya. (era)