Lombok (ekbisntb.com) – Permasalahan air bersih di Gili Tramena (Trawangan, Meno, dan Air) belum juga tuntas. Terbaru, izin pengeboran air bersih oleh PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) di Gili Trawangan dicabut oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) karena didapati merusak lingkungan dan ekosistem yang ada di kawasan tersebut.
Karena pencabutan izin ini, PT TCN tidak bisa lagi menyalurkan air bersih. Jika permasalahan ini tidak secepatnya mendapatkan solusi, maka masyarakat beserta pelaku usaha yang ada di lokasi tersebut akan terdampak krisis air bersih seperti yang terjadi pada bulan Juni lalu.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Jamaludin Malady, S.Sos., M.T., mengatakan Pemerintah Pusat perlu meninjau kembali pencabutan izin operasional PT TCN ini. Menurutnya, sebelum melihat ekosistem, pemerintah harus mengedepankan kebutuhan masyarakat terlebih dahulu. Yang mana air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah.
“Dari Kementerian KKP mau merevisi atau apa surat itu, karena demi kepentingan orang banyak. Mungkin beberapa spot terumbu karang rusak, tapi kan tidak semua,” ujarnya, Jum’at, 11 Oktober 2024.
Sebagai Kadis Pariwisata, Jamal mengatakan pemerintah pusat sebagai pemangku kebijakan perlu melihat kebijakan mana yang kiranya dampaknya tidak terlalu merugikan masyarakat dan negara. Sehingga menurutnya, dengan pemberian izin PT TCN untuk tetap melakukan penyulingan di Gili Trawangan dinilai lebih baik untuk saat ini, dibandingkan dengan terjadinya krisis air di kawasan Gili tersebut.
“Kita fikirkan mana dampak ekonomi yang lebih besar. Lebih besar keuntungan dari mudharat. Bayangkan jika tidak ada air dan segala macam, pariwisata kita pasti anjlok, pendapatan pengusaha disana juga pasti berkurang, masyarakat yang ada disana juga kan tidak dapat kebutuhan dasar,” jelasnya.
Jamal melanjutkan, selagi pengeboran yang dilakukan oleh PT TCN ini tidak membunuh masyarakat yang ada di lokasi tersebut, maka tidak masalah untuk dilanjutkan pengeboran sampai pemerintah mendapatkan solusi jangka panjang yang lebih aman untuk pendistribusian air ke Gili Trawangan dan Meno.
“Penting juga menjaga lingkungan, tetapi ketika ada hal seperti ini, yang lebih urgent yang dikedepankan. Itu(pengeboran, red) tidak membuat orang mati, tidak membuat nyawa orang melayang. Tapi kalau tidak ada air? Itu kan kebutuhan dasar,” katanya.
Meski demikian, Jamal menekankan kepada Pemda KLU untuk segera dapat menyelesaikan permasalahan ini. Apalagi Gili Tramena menjadi salah satu sumber PAD terbesar kabupaten tersebut. (era)