Selong (ekbisntb.com) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sudah tidak mengenal masa paceklik. Produksi pangan, utamanya padi selama ini tetap dilakukan. Sepanjang tahun, selalu ada yang tanam dan panen. Meski ada beberapa bulan dalam satu tahun ini, yakni Desember, Januari dan Pebruari produksi berkurang.
Hal ini dikemukakan plt Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian Lotim, H. Badarudin menjawab Ekbis NTB di ruang kerjanya, Rabu 12 Juni 2024.
Beberapa tahun silam, produksi padi hanya dua kali dalam setahun. Hal itu karena usia tanaman padi dengan 6 bulan baru panen. Sekarang sudah tak ada, karena teknologi. Produktivitas padi juga tinggi. Produktivitas 6-7 ton per hektar sekarang sudah dianggap biasa. Sedangkan dulu, paling tinggi 3,5-4 ton per hektar.
“Dunia pertanian harus bergerak dinamis dengan sarana dan prasarananya dengan pertimbangan alih fungsi dan pertambahan jumlah penduduk,” ungkapnya.
Tahun 2024, target tanam 61.591 ha. Dari luasan tersebut, ditarget produksi 337,097 ton Gabah Kering Panen (GKP). Target tahun 2024 ini diakui lebih rendah dari realisasi tahun 2023 ini memang lebih tinggi, yakni mencapai 346.857 ton.
Dari GKP 93,18 persen ke Gabah Kering Giling (GKG). Ketika GKG dikonversi menjadi beras, terjadi susut 63,23 persen. Data produksi beras 2023, setara beras 204.359 ton. Kebutuhan Lotim, dengan tingkat konsumsi rata-tata per kapita pertahun 119,4 kg. Tingkat konsumsi dikalikan jumlah penduduk, 1,39 juta jiwa maka 116,085 ton konsumsi per tahun. Setelah dikurangi jumlah produksi beras, maka masih surplus 88.274 ton surplus 2023.
Ditambahkan, dengan keragaman agroekosistem, maka semua bisa saling topang. Meski Lotim bagian selatan sebagian besar tanam tembakau, tapi bagian tengah dan Utara ketersediaan air cukup sehingga tetap tanam padi. “Wanasaba, Lenek, Aikmel, Pringgabaya, Pringgasela, Masbagik, Sikur, Montong Gading dan Terara masih aman produksi,” imbuhnya.
Guna meningkatkan produksi pangan, ada rencana kembangkan empat kali tanam. Intensitas tanam ditingkatkan. Biasanya tiga kali tanam satu tahun. Agar bisa empat kali dalam setahun, maka harus gunakan umur pendek atau funakan sistem tanam culik. Sebelum panen, sudah siapkan bibit.
Hasil penelitian Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) ada potensi untuk menambah Indeks Pertanaman sampai empat kali. Penelitian sudah dilakukan beberapa tempat. Yakni, ada pasi umur 72 hari. Umur pasi diketahui biasanya 115-120 hari. Menjadi empat bulan selama ini karena satu bulan persemaian.
Ada namanya Varietas gama gora 7 yang kabarnya bisa berusia 72 hari. Hasil penelitian UGM saat ini sedang dikembangkan di Loteng. IP yang terlalu banyak memang rentan hama penyakit dan lahan bisa terganggu. (rus)
Artikel lainnya….
Ditemukan Masih Beredar, SPBE di Lobar Diminta Tarik Tabung Elpiji Subisidi Kurang Layak
Menjanjikan, Petani Lebih Pilih Tanam Tembakau Rajang
Destinasi Wisata Halal Islamic Center Targetkan 50 Ribu Kunjungan Wisatawan