spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBerandaMenikmati Wisata Bukit Pergasingan di Sembalun

Menikmati Wisata Bukit Pergasingan di Sembalun

Selong (EkbisNTB.com) – Libur lebaran Idul Fitri tak hanya dimanfaatkan untuk bersilaturahmi ke keluarga dan kerabat. Sebagian juga memilih berekreasi ke objek wisata di Pulau Lombok. Wahana air, pantai, dan pegunungan menjadi pilihan. Sebagian orang juga memilih menikmati libur lebaran dengan berwisata ke gunung dan bukit. Salah satunya Bukit Pergasingan.

Keindahan gugusan gunung di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sangat memanjakan mata. Wisatawan dapat menikmati lekukan dan deretan pohon dari Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun. Keindahan panorama alam yang membentang di lereng Gunung Rinjani menjadi magnet bagi wisatawan.

- Iklan -

Wartawan Ekbis NTB.com, mencoba menjajal Bukit Pergasingan yang terletak di Desa Sembalun Timba Gading. Bukit Pergasingan merupakan salah satu jejeran bukit di lingkar Gunung Rinjani. Jarak perjalanan dari Kota Mataram sampai ke loket pendaftaran Bukit Pergasingan di Desa Sembalun Timba Gading sekitar 60 kilometer. Butuh waktu sekira 3 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor.

Menuju lokasi wisata di kaki Gunung Rinjani tersebut, wisatawan dapat memilih jalur menuju Desa Sembalun. Bagi wisatawan yang berasal dari Lombok Utara bisa melalui Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Selanjutnya, di pintu perbatasan antara KLU dan Kabupaten Lombok Timur langsung belok kanan mengambil arah Desa Sembalun.

Jalur favorit sering digunakan wisatawan melalui jalur Desa Suela, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur. Para pendaki atau wisatawan yang berasal dari Kota Mataram, memilih jalur utama dari Desa Suela. Pertimbangannya adalah, pengendara ramai hilir mudik. Selain itu, wisatawan bisa menikmati kesejukan udara Taman Nasional Gunung Rinjani karena melewati pohon rindang di sepanjang jalan.
Pengunjung juga akan melewati pohon durian yang berjejer di sepanjang Jalan Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba. Saat musim durian seperti saat ini, wisatawan menemukan pedagang durian lokal menggelar lapak dagangan di sepanjang jalan menuju Desa Sembalun.

Untuk mendaki Bukit Pergasingan. Pendaki diwajib melalui pos pendakian untuk registrasi. Pengunjung akan dikenakan biaya Rp17 ribu per orang dan biaya parkir kendaraan Rp10 ribu untuk roda dua dan Rp15 ribu untuk roda empat.
Pengelola akan memberikan setiap rombongan pendaki kantong kresek sebagai tempat sampah. Sampah sisa makanan disimpan dan dibawa turun dari bukit.

Terdapat dua jalur yang bisa digunakan menuju puncak Bukit Pergasingan dengan ketinggian 1.670 MDPL tersebut. Pertama, pendaki dapat menggunakan jalur utama. Jalur utama ini, pengelola telah menyiapkan sekira 100 anak tangga yang dapat dilalui pendaki. Jalan utama ini, cukup terjal dan minim dataran atau tanah lapang yang dapat digunakan beristirahat oleh pendaki. Dari sisi efisien waktu lebih cepat mencapai puncak Bukit Pergasingan, tetapi sangat menguras tenaga.

Jalur kedua persis berada di belakang pos registrasi. Pendaki akan menyebrangi sungai menggunakan jembatan bambu. Jalur pendakian ini sangat landai, melewati hutan, dan banyak tanah lapang untuk melepas lelah. Hanya saja, waktu tempuh menuju puncak Bukit Pergasingan sekira 2,5 – 3 jam.

Di puncak Bukit Pergasingan, pendaki akan dimanjakan dengan keindahan alam dengan jejeran bukit. Udara dingin sampai menusuk ke badan. Dinginnya udara bisa dikalahkan dengan keindahan Gunung Rinjani yang berdiri gagah. Cahaya lampu penerang di rumah-rumah penduduk menambah suasana semakin indah.

Para pendaki yang menaklukan puncak Bukit Pergasingan menikmati suasana malam dengan bermain gitar diiring lagu pop era 2000-an. Ada juga yang sibuk menyiapkan makan malam dan sekedar obrol sambil melepas lelah. Di puncak Bukit Pergasingan, pendaki bisa menikmati ayunan. Tetapi ini sangat beresiko jika tidak hati-hati. Ayunan itu hanya terbuat dari kayu yang sewaktu-waktu patah.

Haris, Pendaki Asal Desa Pohgading, Kecamatan Pringgabaya menuturkan, dua kali telah mendaki Bukit Pergasingan. Pendakian pertama di tahun 2017, saat mendampingi siswa pencinta alam. Ia bersama rombongan memilih jalur utama untuk sampai ke puncak bukit. Medannya sangat terjal dengan kemiringan 80 derajat. Banyak bebatuan serta jalannya kecil dan sempit.

Saat ini, ia mencoba menggunakan jalur kedua dan ternyata lebih landai, meskipun agak licin. “Pendakiam pertama saja jalurnya ekstrem, tetapi begitu di atas landai dan banyak tempat istirahat,” katanya ditemui pada, Sabtu 13 April 2024 pekan kemarin.

Mendaki gunung atau bukit adalah rutinitasnya setiap tahun. Haris menuturkan, salah satu hobinya ini, hanya bisa dipenuhi saat libur. Moment libur lebaran paling tepat karena ramai. “Paling ramai pada bulan Agustus dan libur lebaran seperti sekarang ini,” ucapnya.

Puncak Gunung Rinjani sudah sering ditaklukan. Demikian pula, bukit-bukit di lingkar Gunung Rinjani. Bukit Kondo, Bukit Dara, Pergasingan, Nanggi, Savana Propok, dan lain sebagainya. Lebaran tahun 2023 lalu, ia juga menaklukan Gunung Tambora di Kabupaten Dompu.

Menurutnya, ada kebahagian sendiri yang dirasakan setelah berada di puncak gunung atau bukit. Ia bisa menyaksikan keindahan ciptaan Allah SWT. Kesederhanaan, kebersamaan, dan menjaga lingkungan menjadi pembelajaran berarti. Pendaki tidak boleh meninggalkan sampah. Pendaki dilarang melakukan hal-hal negatif. Kata dia, alam harus dijaga dan dilestarikan, karena sumber kehidupan berasal dari alam. “Saya akui banyak pendaki yang asal naik saja, tetapi mereka buang sampah sembarangan. Gunung atau bukit bukan tempat sampah,” tegasnya.

Sanusi, pendaki asal Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba mengaku, baru pertama kali menaklukan Bukit Pergasingan. Perjalanan yang menantang tetapi berakhir dengan pemandangan luar biasa. Ia dapat menikmati udara segar dan menyaksikan keindahan ciptaan Tuhan dari ketinggian 1.670 MPDL (meter di atas permukaan laut). “Pertama kali, saya muncak di Bukit Pergasingan. Viewnya keren sekali,” ucapnya.

Pasalnya, ia bisa langsung melihat keindahan Gunung Rinjani. Aktifitas pendaki terlihat jelas saat berjalan ke atas puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia tersebut. Saat malam hari, pemandangan memanjakan mata. Cahaya lampu dari rumah penduduk berjejer rapi. Sanusi menilai pengalaman ini akan diabadikan dan menjadi kenangan. “Dari awal saya sudah rekam perjalanan ke puncak dan akan saya simpan sebagai dokumen pribadi,” demikian kata dia. (cem)

 

Libur Lebaran, Pantai Senggigi jadi Destinasi Wisata Keluarga

Artikel Yang Relevan

Iklan





Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini