spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisKejar Harga Normal, Koperasi BGL Buru Pasar Pulau Jawa

Kejar Harga Normal, Koperasi BGL Buru Pasar Pulau Jawa

Tanjung (Ekbis NTB) – Harga pasar porang di NTB khususnya Lombok tampaknya belum terbentuk untuk para petani yang tergabung dalam Koperasi Berkah Gumi Lombok (BGL) – Kabupaten Lombok Utara (KLU). Panen tahun 2024 ini, diharapkan menjadi titik balik dimana waktu panen yang bersamaan antara petani di Jawa dan luar Pulau Jawa.

Ketua Koperasi BGL – KLU, Putra Anom, , Jumat 5 April 2024 mengungkapkan, BGL akan mengawal proses terbentuknya harga jual dan beli di tingkat petani khususnya di BGL. Upaya itu ditempuh dengan menjalin komunikasi dan lobi intensif untuk menawarkan umbi porang hasil produksi petani di KLU. Umbi porang tahun 2024 diyakini berada di atas rata-rata, mengingat pada tahun 2023 lalu, petani porang BGL menunda panen karena terpuruknya harga beli.

- Iklan -

“Usai Lebaran, BGL pastikan kawal harga Porang sampai bulan Agustus 2024 mendatang. Kita targetkan harga bisa tembus di angka normal agar petani bisa sumringah,” ungkap Putra Anom.

Harga normal porang per kg menurut Putra, di kisaran Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu. Sedangkan harga beli sampai sebelum bulan Ramadhan ini, masih rendah yaitu Rp 3 ribu per kg.

“Nah, kita di Lombok pembelanjaan di petani mulai dari Rp 2.500 sampai Rp 2.800 per kg-nya,” imbuhnya.

Saat ini, terangnya, komunikasi di tingkat pasar sudah terjalin dengan beberapa pabrik di Pulau Jawa seperti di Surabaya, Kediri, Madiun dan Probolinggo. Ada pula beberapa pabrik di luar pulau Jawa seperti di Sulawesi yang telah menjalin kontak dengan BGL.

Ia meyakini, umbi Porang BGL saat ini dibutuhkan oleh pabrik di Pulau Jawa dalam jumlah besar. Pasalnya, umbi porang yang dihasilkan adalah jenis umbi hasil produksi kelompok yang dinaungi oleh lembaga riset di bawah arahan Guru Besar Fakultas Pertanian Unram, Prof. Ir. Suwardji, M.App., M.Sc., Ph.D.
“Dengan jaminan pasar ini, petani porang akan sangat terbantu dan lebih bersemangat lagi untuk melakukan budidaya,” ucapnya.

Putra Anom menambahkan, mobilitas Porang dari segi produksi dan penjualan memang menurun akibat harga rendah. Namun BGL tetap konsisten dimana upaya ini sudah dilakukan secara berkelompok selama 3 tahun terakhir. Bahkan 3 tahun lalu, BGL telah membagikan bibit Porang secara gratis kepada petani binaan di 11 desa di 2 kecamatan yakni Bayan dan Gangga.

“Kami merasa bertanggung jawab atas pemberdayaan dan pembinaan selama ini maka kami pun berusaha agar Pasar Porang semakin jelas di angka normal,” sebutnya.

Selain melakukan penjualan umbi, BGL juga masih nenunggu janji Pemda Lombok Utara yang akan memberikan mesin olahan beras porang pada tahun 2024 ini. Namun, apabila janji bantuan tidak terpenuhi, maka BGL sudah dipastikan akan menyuplai seluruh umbi porang untuk memenuhi kebutuhan pasar di Pulau Jawa.

“Karena memang, tujuan terbentuk nya BGL adalah atas dasar kesepakatan bersama untuk menjadikan pintu utama pasar bagi sebagian besar komoditi unggulan Lombok Utara yang dihasilkan oleh kelompok.”

“Cuma masalahnya apakah iya kita kembali lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, kita hanya menjual umbi gelondongan saja ke Jawa, sementara SDM-SDA kita sangat mendukung. BGL masih minim peralatan, untuk itu kita berharap dukungan dari pemerintah sehingga porang ini menjadi subsektor pertanian inklusif di masyarakat,” tandasnya. (ari)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan





Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini