spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPengusaha dan Bulog Bersaing Serap Gabah Petani NTB

Pengusaha dan Bulog Bersaing Serap Gabah Petani NTB

Lombok (ekbisntb.com) – Pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menyerap gabah petani di tahun 2025 dengan optimal. Di Provinsi NTB, Bulog dan pengusaha sama-sama bergerak di lapangan untuk membeli gabah hasil panen. Namun Bulog dinilai sering kalah cepat dalam proses pembelian ini diduga karena selisih harga.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan, dari sisi petani, siapapun yang melakukan pembelian tak menjadi masalah, yang penting harga pembelian tidak di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbaru yaitu Rp6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP).

- Iklan -

“Banyak pengusaha yang ambil duluan, Bulog belum kesempatan. Namun bagi kami ( petani-red) tak ada masalah, apakah mau diserap oleh Bulog atau pengusaha lain, yang penting harganya jangan di bawah yang ditetapkan oleh pemerintah. Nah sekarang Bulog itu masih kalah cepat dengan pengusaha,” kata Muhammad Taufieq Hidayat kepada wartawan kemarin.

Ia mengatakan, persaingan Bulog dengan pengusaha dalam menyerap gabah petani tak menganggu ketahanan pangan. Sebab jumlah serapan Bulog sebenarnya meningkat tahun ini. Jika di 2024 kemarin, Bulog ditargetkan menyerap sekitar 75 ribu ton setara beras, tahun ini pemerintah menugaskan Bulog untuk menyerap 180.600 ton setara beras.

“Tahun lalu dari target 75 ribu ton, Bulog hanya mampu mencapai penyerapan 60 ribuan ton. Artinya tak mencapai target sekitar 20 persen. Jika sekarang terlampaui, misalnya 180 ribu ton, kita tak akan kemasukan beras impor,” katanya.

Untuk diketahui, Perum Bulog NTB ditargetkan menyerap gabah petani sebanyak 180.600 ton. Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog NTB, Sri Muniati sebelumnya mengatakan, dalam rangka mempercepat penyerapan, Bulog NTB menerapkan sistem jemput gabah langsung ke sawah. Program ini dilakukan dengan berkoordinasi bersama TNI, khususnya Babinsa, untuk mengidentifikasi lokasi panen.

“Kami memiliki tim jemput gabah yang bertugas langsung ke petani. Ini dilakukan agar petani tidak kesulitan menjual hasil panennya. Selain itu, kami juga mengedukasi petani dan kelompok tani mengenai kemudahan bermitra dengan Bulog. Proses administrasi dibuat sederhana agar petani tidak merasa terbebani,” ujar Sri Muniati.

Bulog NTB juga memastikan bahwa pembayaran kepada petani dilakukan dengan cepat. Begitu dokumen transaksi selesai, dana langsung ditransfer ke rekening petani, bahkan jika proses pengolahan gabah terjadi di malam hari.

Bulog membeli gabah dengan kadar air kadar air tidak ditentukan. Yang penting gabah petani tersebut bersih yaitu, tidak ada tidak ada jeraminya, tangkai padinya, atau kotoran-kotoran lain seperti sampah, tanah.

Selain itu, Perum Bulog NTB menerapkan strategi percepatan distribusi atau revolving stok ke daerah-daerah lain. Hal ini dilakukan agar stok di gudang tetap memiliki kapasitas yang memadai untuk menyerap beras hasil panen petani.

Seiring dengan upaya penyerapan, Perum Bulog NTB menerapkan harga pembelian sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbaru. Untuk gabah kering panen (GKP), harga yang ditetapkan adalah Rp6.500 per kilogram, sementara untuk beras yang masuk ke gudang Bulog, harga pembelian ditetapkan sebesar Rp12.000 per kilogram.

Dengan strategi yang telah diterapkan, Bulog NTB optimis dapat mencapai target serapan beras sebanyak 180.600 ton hingga pada panen raya tahun ini.(ris)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut