spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPMK dan Ancaman Turunnya Harga Ternak

PMK dan Ancaman Turunnya Harga Ternak

NTB merupakan salah satu pemasok sapi ke beberapa daerah di Indonesia. Bahkan, saat Hari Raya Idul Adha, permintaan sapi asal NTB cukup tinggi. Saat mengirim sapi ke pemesan, khususnya ke Pulau Jawa menggunakan kapal khusus. Sekarang ini, program Makan Bergizi Gratis dari Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming sedang berjalan yang tentunya membutuhkan banyak daging, khususnya daging sapi.

PENYAKIT Mulut dan Kuku (PMK)  kembali merebak di NTB. Dari tanggal 1 hingga 13 Januari 2025, temuan PMK sebanyak 67 kasus yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, dan rusa. Data pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB kasus PMK ditemukan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat dan Dompu.

- Iklan -
Vaksinasi ternak di Lotim untuk mencegah PMK(ekbisntb.com/rus)

Sudah menjadi pekerjaan bagi jajaran pemerintah daerah agar penyakit ini tidak semakin meluas dan menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat yang mengonsumsinya. Berdasarkan laporan yang diterima Disnakeswan Provinsi NTB, hingga Jumat, 17 Januari 2025, terdapat 79 kasus PMK yang dilaporkan. Dari jumlah tersebut, 66 ternak telah sembuh, tanpa ada laporan kematian maupun pemotongan paksa akibat PMK.

Kepala Disnakeswan Provinsi NTB, Muhammad Riadi, menyampaikan upaya pencegahan dan pengendalian terus dilakukan secara intensif. “Tren kasus sekarang lebih terkendali dibanding tahun sebelumnya. Tidak ada kepanikan di kalangan peternak karena mereka sudah memiliki pengalaman menghadapi PMK sebelumnya,” ujarnya.

Upaya Pengendalian dan Pencegahan yang dilakukan pemerintah di antaranya, vaksinasi sebanyak 608 ekor sapi dan kerbau divaksinasi secara mandiri pada Jumat. Pemerintah juga telah mengalokasikan 280 ribu dosis vaksin PMK untuk NTB, dengan 58 ribu dosis telah diterima dan didistribusikan ke kabupaten/kota.

Pengobatan 31 ternak yang terinfeksi menerima pengobatan intensif. Disinfeksi dilakukan di 5 lokasi kandang untuk memutus rantai penularan. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) digencarkan di 5 lokasi guna meningkatkan pemahaman peternak tentang PMK.

“Vaksinasi dilakukan secara prioritas pada ternak muda yang belum divaksin. Selain itu, peternak lebih sigap melaporkan gejala PMK, dan tindakan disinfeksi rutin di kandang menjadi langkah preventif utama,” jelasnya.

Riadi menambahkan, upaya vaksinasi besar-besaran pada kasus PMK sebelumnya telah membentuk kekebalan komunal di NTB. Hal ini terlihat dari penurunan angka kasus baru yang signifikan dan kondisi yang lebih terkendali meski penyakit ini dikenal memiliki tingkat penularan yang cepat.

“Virus PMK dulu menyebar cepat karena dibawa oleh angin. Namun sekarang, berkat vaksinasi dan kesigapan peternak serta petugas, dampaknya jauh lebih minimal,” katanya.

Untuk menjaga tren positif ini, Muhammad Riadi mengingatkan pentingnya pengendalian lalu lintas ternak.

“Setiap ternak yang akan dipindahkan wajib divaksin PMK. Ini adalah langkah yang efektif untuk mencegah penyebaran ke wilayah lain,” tegasnya. Dengan upaya yang terus dilakukan, optimisme dalam penanganan PMK di NTB semakin meningkat.(bul)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan





Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut