PARA pelaku wisata perhotelan di Provinsi NTB menyambut positif penurunan harga tiket pesawat sebesar 10 persen di masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini. Hal itu diprediksi akan berdampak pada peningkatan orang yang menggunakan jasa penerbangan dan meningkatkan okupansi hotel.
Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB Lalu Kusnawan mengatakan, harga tiket penerbangan dari dan menuju Lombok di momen Nataru ini memang terlihat ada penurunan. Misalnya tiket Jakarta – Lombok terpantau di harga 1 jutaan. Namun demikian, pelaku wisata mengharapkan ada upaya yang berkelanjutan dalam hal penurunan harga tiket ini.
“Jangan sampai selesai Nataru, kembali mahal lagi, ini kan tak signifikan. Kebijakan ini berdampak positif jika ada yang pulang dan liburan, namun kita ingin jangka panjang,” kata Lalu Kusnawan kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.
Terlepas dari program jangka pendek pemerintah pusat berupa penurunan tiket 10 persen selama Nataru ini, ia menginginkan adanya pembukaan rute penerbangan domestik yang baru disertai dengan promosi ke luar daerah agar tingkat keterisian pesawat bagus. Artinya aspek bisnis penerbangan juga terus berkembang secara berkelanjutan.
“Airline ini kan berbisnis, solusinya adalah Pemda beli seat. Jika tak mampu, kita gunakan promosi, contoh ada klasifikasi hotel, misalnya ring 1 dan ring 2 airport. Ajak kerja sama misalnya 50:50 atau berapa misalnya, mari kita lakukan promosi ke luar daerah untuk menambah demand,” ajaknya.
Menurutnya, dengan cara berpromosi, tingkat keterisian pesawat akan lebih tinggi. Jika permintaan tinggi, maka harga tiket pesawat bisa lebih murah. Hal ini tentu akan menguntungkan NTB sebagai tujuan berwisata.
“Misalnya kita kerjasama dengan Lion Air Group, kita bikin paket liburan include tiket, include menginap atau free dinner. Banyak macam yang bisa dijual oleh pelaku usaha yang bia di-support oleh industri,” katanya.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, penerbangan, pelaku perhotelan dan destinasi sangat diperlukan untuk mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan ke Lombok maupun Sumbawa. Sebab semuanya harus memiliki daya tarik untuk meningkatkan volume angka kunjungan. Terlebih pelaku perhotelan tak ansih menjual hotelnya semata, namun dia menjual destinasi di sekitarnya sebagai daya tarik.(ris)