Lombok (ekbisntb.com) – 12 komoditas pangan strategis di Provinsi NTB neracanya masih surplus, meskipun NTB juga dilanda cuaca ekstrem.
Beras tersedia 80.213 ton, tahan hingga 5,91 minggu. Jagung tersedia 49.498 ton , tahan hingga 2,15 minggu. Daging sapi tersedia 1.800 ton, tahan hingga 4,69 minggu. Daging ayam tersedia 3.552 ton, tahan hingga 4,78 minggu.
Telur ayam juga tersedia 3.722 ton, tahan hingga 4,82 minggu. Minyak goreng tersedia 4.294 ton, tahan hingga 3,59 minggu. Gula pasir tersedia 3.741 ton, tahan hingga 4,93 minggu. Cabe rawit tersedia 6.414 ton, tahan hingga 21,3 minggu.
Demikian juga cabe besar tersedia 1.572 ton, tahan hingga 10,21 minggu. Bawang merah tersedia 3.143 ton, tahan hingga 7,76 minggu. Bawang putih tersedia 1.264 ton, tahan hingga 5,04 minggu. Sementara kedelai tersedia 2.091 ton, tahan hingga 2,40 minggu.
Plh. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, Muhammad Suadi di ruang kerjanya, Kamis, 17 Oktober 2024 mengatakan, data cadangan pangan ini diambil dari data kabupaten/kota yang diakumulasi.
Menurutnya, masih surplusnya ketersediaan pangan strategis ini lebih dipengaruhi oleh manajemen pengelolaan daerah yang semakin membaik. Sebelum-sebelumnya, ketika produksi, hasil produksi banyak dijual ke luar. Sehingga pada saat-saat tertentu, stok cadangan pangan menjadi kurang dan memicu kenaikan harga.
“Kalau tahun ini, TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) melakukan manajamen pengelolaan stoknya cukup bagus. dihitung dulu, berapa kebutuhan dalam daerah, kemudian berapa surplusnya, sekiranya bisa dikeluarkan (ke luar daerah) surplus itu, dikeluarkan. Kalau dirasa masih belum boleh dikeluarkan, ndak bisa. Sehingga cadangan pangan kita terkelola dengan baik dan masih surplus sampai sekarang, walaupun cuacanya ekstrem,” jelas Suadi.
Surplusnya cadangan stok pangan strategis ini juga, kata Suadi, turut mempengaruhi stabilnya harga, bahkan cenderung turun yang ditunjukkan dengan deflasi NTB. Pengendalian harga pangan strategis ini, lanjut Suadi, didukung oleh kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM). Pemprov NTB bekerjasama dengan stakeholder terkait. Diantaranya, Perum Bulog, Bank Indonesia, RNI, PPI, kelompok tani, OPD terkait lingkup Pemprov NTB. Termasuk ritel modern.
Komoditi yang dijual pada setiap GPM diantaranya, beras, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, minyak goreng, gula pasir, tepung terigu, telur ayam ras, daging ayam, daging sapi, ikan, daging olahan, ikan olahan, aneka buah, sayur, serta aneka pangan lokal.
Kegiatan GPM dilakukan di pusat-pusat keramaian, di kabupaten/kota. Harga komoditas pangan diberikan dibawah harga pasar. Sehingga, setiap kali pelaksanaan GPM, selalu diserbu masyarakat. GPM tahun 2024 ini dilaksanakan selama 29 kali. Didukung APBD sebanyak 15 kali, dan APBN 14 kali.
“Sampai saat ini sudah dilakukan sebanyak 20 kali GPM. Tinggal 9 kali, dilaksanakan hingga akhir tahun,” demikian Suadi.(bul)