Tanjung (ekbisntb.com) – Upaya Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) untuk meyakinkan perusahaan mitra (PT. TCN) membuka kembali pasokan distribusi air bersih kepada pelanggan di Gili Trawangan membuahkan hasil positif. Sejak Kamis malam lalu, air bersih sudah mengalir ke kran-kran pelanggan baik perhotelan maupun rumah tangga.
Hal itu pun mendapat tanggapan positif dari publik, tak terkecuali Asosiasi Hotel Gili. Ketua Gili Hotel’s Association (GHA), Lalu Kusnawan, kepada wartawan mengatakan krisis air bersih selama 5 hari (22-27 Juni) merupakan sebuah masalah krusial bagi pelanggan khususnya perhotelan. Pasalnya, air merupakan kebutuhan vital yang menentukan buka atau tutupnya usaha pariwisata.
“Alhamdulillah, air sudah dibuka sejak jam 04:30 sore (16:30 WITA) kemarin (Kamis sore). Harapan kita, pelayanan ini terus terjaga untuk keberlangsungan pariwisata,” ungkap Kusnawan.
GHA sendiri tidak tinggal diam melihat realita putusnya pasokan air bersih. Pengurus dan Anggota GHA di Gili Trawangan dan Gili Meno, mendatangi Kantor DPRD Lombok Utara menyampaikan aspirasi. Pertemuan dengan DPRD ini adalah tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya dengan eksekutif melibatkan instansi vertikal, PDAM, dan perusahaan.
Sebagai pelanggan, kata Kusnawan, pasokan air bersih harus dijamin oleh pemerintah melalui PDAM, baik dalam kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Terlebih lagi lokus pelanggan PDAM berada di kawasan pulau yang menjadi magnet masuknya wisatawan asing, maka ketiadaan air bersih akan sangat berdampak bagi hajat hidup masyarakat maupun usaha investasi.
Ia menekankan bahwa air bersih sangat penting, tidak hanya untuk pengusaha tetapi juga untuk masyarakat Gili Trawangan yang ada di 7 RT di Dusun Gili Trawangan, sangat membutuhkan air.
“Kita bukan hanya berbicara soal wirausaha tetapi menyangkut hajat hidup orang banyak. Warga tersebar di 7 RT, tentu menjadi tanggung jawab negara untuk menyiapkan sarana air yang layak,” tegasnya.
Pihaknya berharap, kejadian putusnya air bersih kepada pelanggan perhotelan dan warga ini, adalah yang pertama dan terakhir selama kerjasama berlangsung. Sebab, ketiadaan air yang berlaku 5 hari memberi dampak terhadap penurunan kunjungan pariwisata. Tidak sedikit WNA maupun domestik yang akan berlibur ke Trawangan, menunda atau mengalihkan perjalanan ke daerah lain. “Dengan normalnya pelayanan air ini, kami optimis. Tamu akan layani dengan baik,” tandasnya. (ari)