Mataram (ekbisntb.com) – Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB tetap maksimalkan NTB sebagai lumbung pangan.
Meski Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB menghimbau untuk menghemat air di musim kemarau ini, tapi, Kadistanbun NTB, Muhammad Taufieq Hidayat mengatakan akan maksimalkan pompanisasi yang diberikan oleh Kementrian Pertanian.
“Sekarang pompanisasi on progres, kita juga ada Anggaran Belanja Tambahan (ABT) dari kementrian, irigasi perpompaan juga dikasih tambahan, sekarang sedang diinput oleh masing-masing kabupaten/kota jumlah kebutuhan mereka,” ujarnya pada Jum’at, 12 Juli 2024.
Saat ini, pemprov NTB sedang mendistribusikan pompa untuk petani, dan untuk mengantisipasi kekurangan pompa memasuki musim tanam ketiga Taufieq juga mengatakan sedang dialokasikan tambahan pompa untuk petani.
“Pompanisasi sedang didistribusikan ini, sedang jalan. Untuk mengurangi kekurangan di musim tanam ketiga, sedang ada alokasi tambahan, dan sedang diinput untuk kabupaten/kota untuk tambahan tersebut,” lanjutnya.
Adapun tambahan yang diminta tidak terbatas, tergantung jumlah yang dibutuhkan oleh kabupaten/kota.
Menurut Taufieq, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, NTB harus bisa memaksimalkan penanaman padi di musim kemarau ini.
“Untuk menghadapi kekeringan ini harus betul-betul kita full power,” tambahnya.
Pada musim kemarau ini stok air irigasi, jika air permukaan/dangkal sudah habis. Perairan padi bisa dimaksimalkan dengan sumur bor yang juga menjadi bantuan pemerintah pusat.
Selain itu, untuk memaksimalkan fungsinya sebagai lumbung pangan, Pemprov NTB kini sedang berupaya untuk mencetak sawah baru.
“Sedang diajukan permohonan cetak sawah baru, sumur bor/dalam, maupun sumur dangkal. Jadi itu untuk mengatasi kekeringan di musim ketiga,” katanya.
Terkait dengan himbauan BPBD yang meminta untuk menjaga stok air di musim kering ini, Taufieq mengatakan adanya upaya penambahan sawah baru serta ABT ini akibat dari adanya himbauan dari BPBD serta BMKG.
“Jadi kita persiapan pompanisasi, pengaturan jadwal tanam, persiapan penambahan unit-unit pompa, dan sumur-sumur dalam,” paparnya.
Karena adanya ancaman kekeringan ini, hasil produksi padi di NTB dikatakan akan menurun. Tapi, menurut Taufieq target pangan 2024 NTB akan tercapai, hal ini karena produksi gabah kering giling NTB sampai dengan Mei sudah mencapai 8.999 ton. (era)