PROGRAM Inseminasi Buatan (IB) cukup diminati oleh peternak. Lantaran selain cepat dan efisien, IB juga gratis. Namun tak jarang, IB juga gagal. Dampak progam IB ini pun cukup mampu meningkatkan populasi ternak di wilayah Lombok Barat (Lobar). Di mana saat ini jumlah ternak mencapai ratusan ribu ekor.
Kepala Dinas Pertanian Lobar Damayanti Widyaningrum mengatakan, pihaknya melalui puskeswan di masing-masing wilayah terus melakukan IB. “Kami terus melakukan IB, ada petugas Puskeswan kita turun. Dan itu gratis, kita berikan program gratis itu,” kata Damayanti, Minggu 9 Juni 2024.
Pihaknya menekankan kepada seluruh petugas IB di lapangan agar tidak memungut biaya IB, karena itu program nasional yang gratis. IB ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat populasi ternak, sebab kalau menunggu waktu terbaik kawin secara alami (tradisional) butuh waktu lama.
Adanya IB ini lebih cepat proses kawin dan beranak. Ia mengklaim, sejauh ini populasi ternak meningkat. Jumlahnya, mencapai 88 ribu ekor lebih ternak sapi dan kambing sebanyak 44 ribu ekor lebih. Dengan jumlah ternak ini, jelasnya, mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dalam daerah dan bahkan Lobar mengirim ke luar daerah. “Kita juga kirim ke luar,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPT Puskeswan Wilayah Selatan melingkupi tiga Kecamatan Gerung, Sekotong dan Lembar Lalu Zuliadi mengatakan, program IB kepada peternak tidak ditarik biaya alias gratis. “Gratis, tidak dipungut biaya,” tegasnya.
Kalaupun ada peternak yang berinisiatif, memberikan ke petugas sekadar uang, itu tidak pernah diminta oleh petugas. Dan petugas pun tidak pernah mematok biaya IB tersebut. Petugas pun tak asal IB, karena melalui proses penyelia dan pemeriksaan oleh dokter hewan.
Kalau ada masalah pada organ reproduksi maka diperiksa apakah bisa dilakukan IB atau tidak. Kalau tidak bisa dilakukan IB, maka tidak dilakukan IB oleh petugas. Bahkan petugas bisa memberikan solusi bagi peternak, bisa saja menjual ternaknya untuk diganti dengan ternak lain yang produktif agar bisa dilakukan IB. Ia menyebut dalam sebulan, masing-masing petugas melayani ternak dengan jumlah bervariasi. Tergantung birahi dan kondisi ternak. Rata-rata petugas melayani sampai 15-20 ternak per bulannya.
Namun dengan kendala N2 tersebut, petugas pun tidak bisa melakukan pelayanan IB. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan IB tersebut, diantaranya faktor ketepatan birahi ternak, ada tidak gangguan reproduksi. Kemudian, pelaporan peternak ke petugas. Apakah pas tidak dengan waktunya, semen atau bibit (mani beku), ketika tidak ada N2 maka tidak bisa berhasil. “Walaupun 10 kali dimasukkan (IB), tidak bisa berhasil,”ujarnya.
Waktu IB juga bervariasi, dari awal masukkan semen rata-rata 18-21 hari paling cepat diketahui apakah berhasil atau tidak. Lebih cepat dibanding kawin alami. Hanya saja, ada juga yang sampai dengan tiga bulan baru ada hasilnya dan tidak ada. “Ketika kita PKB, kosong,”ujarnya. Diakui, IB ini berdampak terhadap populasi ternak. Di wilayah Sekotong saja, saat ini terdapat 26 ribu ekor lebih, Lembar sebanyak 20 ribu ekor lebih dan Gerung 11 ribu ekor lebih.
Menurutnya kalau kesadaran warga melakukan IB terhadap Ternaknya, maka lumayan bisa meningkatkan populasi ternak. Saat ini, jarang ada petani pelihara sapi jantan. Karena adanya program IB ini. “Jadi nya IB aja yang dipakai,”jelasnya. (her)
Artikel lainnya….
Rico Rinaldy, Tinggalkan Kesan Mendalam Selama Bertugas di OJK NTB
Pemprov Dorong Ormas di NTB Ikut Mengelola Tambang
Investor Jepang Tandatangani Rencana Investasi PLTS 20 Megawatt di Lombok