spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiPanen Musim Tanam Pertama, Loteng Sumbang 237 Ribu Ton Gabah untuk NTB

Panen Musim Tanam Pertama, Loteng Sumbang 237 Ribu Ton Gabah untuk NTB

Lombok (ekbisntb.com) – Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) saat ini sudah masuk fase panen raya musim tanam pertama tahun 2025. Dengan tingkat produksi rata-rata 5,4 ton padi per hektarenya Loteng kini bisa menyumbang hingga 237 ribu ton gabah untuk NTB. Dari total sekitar 900 ribu ton produksi gabah secara keseluruhan pada musim tanam pertama tahun ini di NTB.

“Dengan produksi gabah sebesar itu, khususnya untuk Loteng sendiri pada musim tanam pertama kali ini sudah bisa surplus hingga 90 ribu ton,” ungkap Bupati Loteng H. Lalu Pathul Bahri, S.IP.M.AP., kepada wartawan di sela-sela kegiatan panen raya serentak di Desa Teruwai Kecamatan Pujut, Senin, 7 April 2025.

- Iklan -

Secara nasional, Loteng termasuk ke dalam 14 kabupaten penyumbang pangan nasional dengan rata-rata produksi per tahun yang cukup tinggi. Pemkab Loteng pun berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan produksi gabah di dalam daerah. Hal ini sebagai bentuk upaya mendukung ketahanan pangan nasional.

Diakuinya, kondisi cuaca pada musim tanam pertama kali ini memang agak kurang bersahabat dengan terjadi bebarapa kali banjir dan angin kencang. Namun kondisi tersebut tidak sampai berdampak atau berpengaruh pada produktivitas pertanian di Loteng. “Cuaca ekstrem tentu ada dampaknya bagi pertanian kita. Tapi tidak begitu signifikan. Terbukti produksi gabah Loteng tetap tinggi,” ujarnya.

Hanya yang jadi persoalan saat ini ialah terkait serapan gabah petani oleh Bulog. Di mana laporan terakhir menyebutkan gabah petani Loteng yang sudah terserap baru sekitar 20 ribu ton. Padahal target yang dicanangkan sebesar 70 ribu ton. Artinya, masih ada kekurangan sekitar 50 ribu ton lagi.

Kekurangan itulah yang oleh Pemkab Loteng terus berupaya dikejar. Koordinasi dengan Bulog dan unsur pendukung lainnya terus diperkuat. Supaya target serapan gabah petani di Loteng bisa tercapai. Jangan sampai target yang sudah diberikan tidak tercapai.

Ada kecenderungan petani kita sekarang lebih memilih untuk menyimpan gabahnya. Walau harga beli gabah petani oleh Bulog cukup tinggi di angka Rp. 6.500 per kg sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah pusat. Karena khawatir harga beras akan naik nantinya setelah musim panen selesai. “Kekhawatiran harga beras naik sebenarnya tidak perlu. Karena pemerintah pasti sudah menyiapkan langkah antisipasi untuk menekan harga beras,” tandasnya. (kir/ham)

Artikel Yang Relevan

Iklan







Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut