Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lombol Timur (Lotim) meminta masyarakat turut jaga kondusivitas investasi tambak udang. Semua investor diyakinkan sudah terikat dengan aturan.
Hal ini disampaikan Kepala DKP Lotim, Muhammad Zainuddin menjawab Ekbis NTB di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Diketahui, salah satu tambak udang yang baru memulai investasi, yakni PT Anugrah Sukses Aquaindo di Suryawangi beberapa waktu lalu dimintai warga sekitar agar membuka jalan menuju pantai dan dibuatkan lokasi tambatan perahu.
Sepengetahuan Kadis Kelautan dan Perikanan Lotim ini, jalan menuju pantai sudah tidak masalah. Tuntutan warga pun siap dipenuhi pihak investor dengan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) nantinya. Sementara, PT ASA ini belum mulai produksi dan masih dalam tahapan penataan lokasi tambak.
Besarnya tingkat abrasi di Pantai Suryawangi Kecamatan Labuhan Haji ini memaksa pihak investor ini harus melakukan pemasangan pemecah gelombang di sepanjang bibir pantai. “Ada sekitar 40 meter yang abrasi,” tuturnya.
Lurah Suryawangi, Ziat Wijaya yang dikonfirmasi terpisah mengatakan warganya menuntut ada pembebasan lahan menuju pantai. Lurah ini memastikan tidak ada akses yang warga ditutup menuju pantai.
“Aksesnya tidak ditutup, sudah ada dua meter, cuma warga minta di perlebar,’ sebutnya.
Diakuinya, sudah ada itikad baik dari pihak perusahaan. Hanya saja, masih terbentur soal harga lahan yang diminta warga terlalu melambung. Diketahui saat awal pembebasan dulu dibeli hanya Rp 5 juta per are. Sedangkan, saat ini ada warga pemilik lahan menginginkan harga tanahnya Rp 2 juta per meter persegi. “Saat ini kita masih memfasilitasi untuk lobi warga pemilik lahan,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk lokasi tempat tambatan perahu saat ini yang ditempati nelayan merupakan kebun milik warga, bukan tempat umum. Tingginya tingkat abrasi membuat lahan banyak tergerus.
Pimpinan PT ASA, Trijadi Prametu saat diwawancarai via ponselnya mengatakan pihaknya saat ini sedang proses persiapan membangun tambak kawasan seluas 8 hektar.
ASA memulai investasi sejak 2023 lalu. Persoalan abrasi diakui menjadi perihal yang cukup berat dihadapi saat ini. Dimana, abrasi cukup parah. Tanah warga yang hilang akibat abrasi sepengetahuan Tri saat ini sudah lebih dari 40 meter, sehingga pihak perusahaan ini saat ini telah berusaha memasang beronjong di pinggir pantai guna meminimalisir dampak abrasi.
ASA berencana akan memulai beroperasi bulan depan. Saat ini, selain persoalan abrasi, pihak investor ini sempat tersendat komunikasinya dengan nelayan setempat. Nelayan menginginkan pelebaran jalan dan ada lokasi tempat tambatan perahu. Ketentuan menyiapkan tambatan perahu tersebut katanya tidak ada ketentuan tertulis yang mewajibkan pihak investor tambak udang ini harus menyediakan lokasi tersebut. Meski demikian, ASA siap bantu nantinya lewat CSR perusahaan setelah beroperasi. “Cuma kita akan sekarang belum beroperasi, kita miskomunikasi saja kemarin dengan nelayan” ungkapnya.
Akibat abrasi ini, tambatan perahu nelayan diakui turut hilang. Sehingga saat ini nelayan menempati tanah warga sebelah lokasi PT ASA. Pihak nelayan menginginkan lokasi tambatan perahu dimaksud turut dibebaskan oleh pihak perusahaan. Sampai saat ini belum ada keputusan final mengenai pembebasan tersebut. “Kita diminta fasilitasi di depan, tapi masalahnya kita belum beroperasi. Kalau sudah beroperasi, pasti kita akan bantu lewat CSR kita,” imbuhnya.
Para warga yang menuntut ini diminta bersabar dulu. Pihak perusahaan tidak juga dipaksa secara sepihak karena tidak ada aturan hitam di atas putih. Soal akses ke pantai juga sudah ada sekitar 2 meter. Warga minta diperlebar menjadi 3 meter juga siap dipenuhi nantinya oleh pihak perusahaan. “Cuma yang punya tanah kan belum selesai berembuk dengan pihak keluarganya,” demikian ungkapnya. (rus)