Lombok (ekbisntb.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) baru-baru ini merilis data pertumbuhan ekonomi daerah pada awal tahun 2025 yang menunjukkan kontraksi, karena kontribusi sektor pertambangan yang fluktuatif.
Kendati ekonomi NTB tumbuh kontraksi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap menyatakan tetap optimis, ekonomi daerah ini akan tetap tumbuh.

Mengapa? Menurut Berry, didampingi Deputynya, Ignatius Adhi Nugroho dalam diskusi ekonomi dengan media di Mataram, Rabu, 7 Mei 2025 disampaikan, meskipun terjadi kontraksi secara keseluruhan, sektor pertanian di NTB menunjukkan resiliensi dan potensi pertumbuhan yang menjanjikan.
“Menurut pandangan Bank Indonesia, saat ini pertanian itu masih tumbuh dengan baik, bahkan mungkin dengan cuaca yang sangat mendukung. Kita perkirakan pertanian itu bisa tumbuh di atas lima persen tahun ini. Lima persen ini termasuk pertumbuhan tinggi dan cukup bagus,” ujar Berry.
Berry menjelaskan bahwa kontraksi ekonomi NTB pada awal tahun ini lebih disebabkan oleh fluktuasi kinerja sektor pertambangan yang memiliki bobot signifikan dalam struktur perekonomian daerah. Namun, ia menyoroti bahwa data konsumsi rumah tangga justru menunjukkan tren positif.
“Tapi kalau dibuka lebih dalam, ternyata pengeluaran konsumsi rumah tangga di NTB itu masih tetap baik, bahkan lebih baik daripada nasional. Jadi, sumber uang masyarakat itu ditopang sektor pertanian tadi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kepala BI NTB menekankan betapa luasnya dampak positif sektor pertanian terhadap perekonomian daerah karena melibatkan banyak orang. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas pertanian menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi NTB secara berkelanjutan.
Berry mengatakan, Gubernur NTB yang baru, Lalu Muh Iqbal dan Indah Damayanti Putri juga memiliki visi pemerintah daerah saat ini sudah sangat tepat dan sejalan dengan upaya Bank Indonesia, yaitu mendorong sektor pertanian secara komprehensif di NTB.
Baikp pertanian tanaman pangan, pertanian perkebunan, pertanian hortikultura, peternakan, dan perikanan. Semuanya harus didorong supaya produktivitas tinggi. Ia menambahkan bahwa visi kepala daerah untuk memajukan sektor-sektor unggulan ini sudah jelas dan tinggal diimplementasikan secara efektif.
Untuk mendorong sektor pertanian, Berry menyoroti pentingnya peningkatan produktivitas yang saat ini masih relatif rendah. Ia mencontohkan hasil produksi padi NTB yang rata-rata masih sekitar 6 ton per hektar dan memiliki potensi untuk ditingkatkan hingga 9 ton per hektar dengan penggunaan bibit unggul.
Selain tanaman pangan, Berry juga melihat potensi besar dalam pengembangan subsektor lainnya, seperti rumput laut. Ia mencontohkan keberhasilan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah mampu membangun pabrik pengolahan rumput laut dan bahkan melakukan ekspor.
“Jadi sebenarnya peluangnya itu sangat tinggi karena kita berangkat dari prioritas yang masih relatif rendah. Kalau kemudian misalnya ada rumput laut itu kan masuk juga dari sisi antara perikanan-perikanan sih, dunia kayaknya ya? Nah itu juga bisa didorong,” jelasnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Berry menekankan pentingnya penggunaan bibit yang lebih baik, seperti yang telah dilakukan di NTT dengan bibit unggul. Selain itu, hilirisasi produk pertanian dan perikanan di NTB juga menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah.
“Jadi, sebenarnya kita fokus saja pada sektor pertanian, mana yang bisa dihilirisasi, lakukan saja di NTB supaya nilai tambahnya besar,” pungkasnya.
Dengan fokus dan pengembangan yang tepat pada sektor pertanian secara luas, diharapkan perekonomian NTB dapat kembali tumbuh positif dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat.(bul)
Berry A Harahap(ekbis)