spot_img
26.5 C
Mataram
Beranda blog Halaman 579

Bazar UMKM di Aikmel Harus Tngkatkan Pendapatan Pedagang

0
M. Juaini Taofik (Ekbis NTB/ist)

BAZAR dan mini Expo 2024 yang dihelat di Desa Bagik Nyaka Santri, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Minggu 21 April 2024, telah mengundang optimisme akan peningkatan ekonomi. Penjabat (Pj) Bupati Lotim, H. M. Juaini Taofik, mengharapkan kegiatan ini akan menjadi pemicu untuk memperkaya pendapatan masyarakat, khususnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah tersebut.

Dalam pembukaan acara ini, Pj Bupati Lotim H. M. Juaini Taofik mengkui, keberadaan bazar ini memberikan efek yang sangat positif untuk masyarakat. ‘’Omzet penjualan mereka bisa bertambah. Acara-acara seperti ini sangat bagus untuk tetap dilakukan,” harapnya.

Karang Taruna Bagik Nyaka Santri, penyelenggara bazar, mendapat apresiasi atas inisiatifnya dalam mengadakan kegiatan tanpa bergantung pada bantuan dana dari pemerintah daerah. Keberhasilan mereka dalam mendapatkan sponsor menjadi contoh bagi karang taruna lainnya.

“Pemerintah akan memberikan dukungan dana untuk kegiatan selanjutnya sebagai bentuk apresiasi,” tambahnya.

Menurutnya, eksistensi karang taruna di masing-masing desa sangat tergantung pada semangat dan motivasi pengurusnya. Kegiatan seperti bazar ini diharapkan akan memperkuat semangat karang taruna di seluruh Lotim, tidak hanya di Aikmel, tetapi juga di kecamatan-kecamatan lainnya.

Ketua Karang Taruna Bagik Nyaka Santri, H. Arifin, menjelaskan bazar ini bukan hanya sekedar ajang jual-beli, tetapi juga merupakan langkah untuk memajukan usaha lokal, memperluas jaringan, dan melahirkan inovasi. UMKM yang terlibat dalam bazar ini merupakan kolaborasi antara masyarakat sekitar dan sahabat seponjol (satu kesatuan) dengan penekanan pada keragaman produk yang ditawarkan.

Selain bazar, karang taruna telah aktif dalam kegiatan sosial, seperti memberikan santunan kepada anak yatim dan jompo pada bulan Ramadhan sebelumnya. ‘’Kegiatan  bazar ini digelar agar masyarakat, terutama para pedagang, semakin berkembang,’’ harapnya. (rus)

Harga Kopi Melambung, Permintaan Luar Negeri Tak Bisa Dipenuhi

0
KOPI - Kopi yang sudah diolah siap diekspor ke sejumlah negara. (Ekbis NTB/ist)

HARGA kopi Robusta di NTB belakangan melambung, di atas Rp60 ribu per kilogram, dipicu tingginya permintaan dari dalam dan luar negeri.

Kenaikan harga kopi di NTB salah satunya dipicu promosi kopi NTB pada kegiatan pameran kopi terbesar di dunia, Coffex Istanbul yang diselenggarakan di Istanbul, Ibukota Negara Turki  pada September 2021. Sebanyak 20 negara berpartisipasi, didominasi negara-negara Eropa saat itu. NTB bahkan menerima pesanan fantastis 1.450 ton.

Lalu Thoriq, salah satu eksportir kopi di NTB, menyebut, mata dunia saat itu tertuju kepada NTB sebagai penghasil kopi. Ibaratnya, setelah jendela NTB dibuka di mata dunia, perhatian buyer tertuju kepada NTB.

“Sejak pameran itu, akhirnya semua buyer dari berbagai negara di dunia, nyari kopinya di NTB. Karena ditahu kita sebagai daerah penghasil. Tidak saja dari luar negeri, permintaan dari dalam negeri juga sangat tinggi. Tidak sesuai supply dan demand,” kata pemilik UD. Berkah Alam ini.

Karena tingginya permintaan kopi ini, Lalu Thoriq yang biasanya mengekspor ke Korea Selatan, kini tidak lagi dapat memenuhi pesanan dari luar negeri.

“Sekarang saya hanya bisa memasok 5 ton ke Korea. Angkat tangan saya, karena harga kopi di sini tinggi sekali. Sementara harga pembelian di luar negeri tidak naik,” ujarnya.

Diketahui, harga kopi green bean (biji kopi mentah) di tingkat petani saat ini Rp55.000 per kilogram saat ini, di pasaran tembus Rp60.000 per kilogram. Bahkan harganya di atas itu.

Sementara itu, pembelian di luar negeri di kisaran 2,5 US Dolar. Jika nilai dolar AS dikonversi dengan nilai tukar Rp15.000 per Dolar AS, maka 1 Kg kopi di luar negeri harganya Rp37.500, atau jika harganya biasanya hingga Rp50-an ribu per kilogran, itupun eksportir tetap tak mendapatkan keuntungan apa-apa.

“Harga pembelian di luar negeri tetap stabil. Disini naik harga dari petaninya.  Mau dapat apa. Kalaupun di luar negeri harga kopi Rp60.000, belum berani kita ekspor. Makanya saya stop pengiriman ke luar negeri,” imbuhnya

Lalu Thoriq menambahkan, kenaikan harga kopi di tingkat bawah ini harus menjadi catatan. Menurutnya, kenaikan harga ini tidak serta merta dinikmati petani. Justru yang menikmatinya adalah pengepul-pengepul kopi. Hanya sedikit petani kopi yang mendapatkan dampaknya, itupun yang punya stok kopi, karena tidak menjual seluruh hasil kopinya langsung.

“Petani kebanyakan sudah jual dari awal ke pengepul. Dengan sistim ijon. Malah jualnya di bawah harga Rp20.000 per kilogram. Jadi yang kaya raya sekarang pengepul kopi,” demikian Lalu Thoriq.(bul)

Tidak Hanya Tengkulak, Petani Kopi pun Untung

0
Ahmad Rifai (Ekbis NTB/dok)

MAHALNYA harga kopi belakangan ini diklaim tidak hanya menguntungkan tengkulak. Para petani kopi pun merasakan dampak kenaikan kopi ini.

Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, H. Achmad Rifai mengungkapkan, hasil survei petugas informasi pasar yang tersebar  di Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur dan Bima mencatat bahwa harga kopi Robusta di tingkat petani berkisar antara Rp50.000-60.000 per Kg.

Diakuinya, ketika melakukan survei, pihaknya tidak menemukan satupun petani merasa dirugikan akibat dari kenaikan harga kopi ini. ‘’Yang ada para petani bersyukur karena harga kopi tembus di angka Rp50.000 lebih,’’ ujarnya, Minggu 21 April 2024.

Kemudian terkait dengan tengkulak kopi yang dinilai lebih diuntungkan daripada petani. Rifai mengimbau petani harus lebih bisa melakukan tawar menawar dengan para tengkulak, mengingat banyak dari petani kekurangan modal, sehingga membutuhkan pinjaman dana dari pada tengkulak ini.

“Menjaga produksi dan produktivitas kopi, peran kelompok petani kopi untuk menguatkan permodalan petani, kerja sama dengan UMKM, dan harus aktif berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan provinsi. Yang terakhir hindari pinjaman modal karena akan menurunkan posisi tawar hasil petani,” lanjutnya.

Adapun sebagai Kepala Bidang Perkebunan, dirinya selalu berupaya untuk melakukan bimbingan teknis kepada para petani kopi terkait dengan membimbing cara menghasilkan kopi yang berkualitas. Mengingat bahwa permintaan kopi yang semakin tinggi baik itu dalam daerah maupun keluar daerah, sehingga dibutuhkan kopi yang berkualitas.

Sementara di semua wilayah yang ada di NTB bisa ditanami kopi. Sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah, kabupaten, dan provinsi untuk mendukung pengembangan kopi. Bahkan, sampai dengan saat ini, komoditas perkebunan kopi belum tersentuh sama sekali oleh APBD. Sehingga pengembangan budidaya kopi hanya menggunakan APBN dan dananya pun terbatas. (era)

Benahi Tata Niaga Kopi

0
Suryadi Jaya Purnama (Ekbis NTB/dok)

KUALITAS kopi dari Lombok dan Sumbawa semakin mengemuka di tingkat nasional. Bahkan kopi Arabika maupun Robusta yang dihasilkan di lereng Gunung Rinjani dan Tambora berada di jajaran tiga kopi terbaik Nusantara, selain kopi Gayo dan kopi Toraja.

Anggota DPR RI sekaligus Ketua Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) wilayah NTB H. Suryadi Jaya Purnama (SJP) mengaku tak heran jika makin banyak buyer luar negeri yang mencari kopi NTB. Namun demikian, soal tata niaga kopi inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Bagaimana agar harga kopi tetap bisa memberikan keuntungan yang bagus untuk petani.

SJP – sapaan akrabnya mengatakan, tata niaga kopi hampir sama dengan komoditi lain. Karena pemerintah belum punya konsep bagaimana tata niaga beberapa komoditas unggulan, sehingga cenderung  sektor hulu atau sektor produksi tak terlalu diuntungkan saat terjadi kenaikan harga.

“Saat terjadi kenaikan harga, lebih banyak dinikmati oleh para tengkulak, tak hanya di komoditas kopi saja, tapi di hampir semua komoditas. Karena itu kita harus benahi tata niaga komoditas unggulan,” kata SJP kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.

Salah satu problem yang perlu dicarikan jalan keluar yaitu akses petani yang masih minim terhadap informasi dan permodalan, sehingga mereka tak mengetahui perubahan harga pasar. Saat terjadi kenaikan harga biji kopi seperti sekarang ini, maka mereka seharusnya mendapatkan manfaat dari kenaikan harga tersebut.

“Itu juga yang menjadi atensi ASKI ini. Namun kami tak berpihak kepada salah satu, kami memberikan atensi baik kepada petani kopi, tengkulak termasuk penikmat kopi.

Ia mengatakan, problem lainnya di masalah pertanian kopi ini adalah belum massifnya dukungan pemerintah untuk mengembangkan produk unggulan ini di NTB. Sebab jika Kopi Toraja dan Kopi Aceh sudah mendapatkan sertifikat dari pusat kopi dunia di London, Inggris. Sementara kopi NTB sampai saat ini belum ada yang mengajukannya, sehingga belum mendapat pengakuan secara internasional.

“Nah ini langkah pertamanya, selain kualitas yang bagus, kita perlu legitimasi pada lembaga-lembaga yang punya hak wewenang memverifikasi dan mengeluarkan sertifikat kualitas kopi. Oleh karena itu perlu langkah – langkah dari hulu ke hilir melakukan edukasi, bagaimana pembibitan, petani harus diberikan pelatihan cara penanaman, perawatan, sampai kepada cara panen. Demikian juga bagaimana mengolahnya,” katanya.

Lanjut SJP, bicara kopi adalah bicara citarasa. Untuk menghasilkan rasa berkualitas ini, perlu ketelatenan dari pembenihan, penanaman, perawatan, bahkan saat panen akan mempengaruhi kualitas kopinya. Karena itu, dari hulu hingga hilir harus digarap dengan gerakan bersama, termasuk ASKI.(ris)

Harga Kopi Robusta Melabung, Dikhawatirkan Terjadi Hanya Sesaat

0
TANAMAN KOPI - Tanaman kopi yang tumbuh di Sajang Sembalun. Petani khawatir, mahalnya harga kopi ini menyebabkan pengusaha kopi mendatangkan kopi dengan harga murah. (Ekbis NTB/dok)

Harga kopi Robusta di NTB belakangan ini melejit. Bahkan pernah menembus Rp60.000 per Kg. Hal ini dipicu tingginya permintaan dari dalam dan luar negeri. Kenaikan harga kopi ini membuat para eksportir gigit jari. Tidak hanya eksportir, petani kopi pun khawatir, kopi yang ditanam tidak laku.

KENAIKAN harga kopi di NTB dipicu promosi kopi NTB pada kegiatan pameran kopi terbesar di dunia, Coffex Istanbul yang diselenggarakan di Istanbul, Ibukota Negara Turki  pada September 2021. Sebanyak 20 negara ikut berpartisipasi, didominasi negara-negara Eropa, NTB bahkan menerima pesanan fantastis 1.450 ton.

Sayangnya, kenaikan harga ini tidak serta merta dinikmati petani. Justru yang menikmatinya adalah pengepul-pengepul kopi. Karena petani sudah menjual di awal karena praktik ijon. Hanya sedikit petani kopi yang mendapatkan dampaknya, itupun yang punya stok kopi, karena tidak menjual seluruh hasil kopinya langsung.

Iwan, salah seorang petani kopi di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengakui dirinya hanya bisa menanam dan memelihara tanaman kopi di lahan  25 are lebih. Sementara, pemilik kebun kopi berada di Kota Mataram.

Saat panen ia hanya memetik kopi dan memproses pengemasan kopi, setelah itu dikirim ke pemiliknya di Kota Mataram. Menurutnya, lokasi penanaman kopi dengan tempat tinggalnya tidak jauh, sehingga saat panen maupun proses pemeliharaan tidak butuh biaya besar. Artinya, pemilik kebun kopi tinggal meminta pekerja yang merupakan penjaga tanah atau kebun untuk bekerja dan tinggal menyerahkan hasilnya ke pemilik.

Bagi pekerja seperti dirinya, mahal atau tidaknya kopi di pasaran tidak terlalu berpengaruh. Namun, yang merasakan hasilnya adalah pemilik kopi dan juga pengusaha kopi di lapangan, karena mereka yang langsung bertransaksi dengan konsumen. Sementara, tugas mereka hanya memetik dan mengolah kopi yang menjadi milik pengusaha. ‘’Setelah kami proses di sini, langsung kami bawa ke pemilik kopi yang ada di Mataram,’’ ujarnya pada Ekbis NTB di Sembalun belum lama ini.

Sementara Hajrul Hazmi, mengaku, mahalnya harga kopi, termasuk Kopi Sembalun dinikmati petani. Saat ini, harga kopi Robusta di petani tembus Rp 75 ribu per kilogram. Sedangkan kopi Arabika Rp 170 ribu per kilogram. Akan tetapi, harga itu diakui hanya sesaat dan petani Sembalun justru khawatir terjebak pada permainan bisnis yang bakal berdampak buruk pada keberlanjutan usaha dan aktivitas budidaya kopi.

Diakuinya,  lonjakan harga saat ini memang terjadi akibat dari stok yang mulai menipis, karena tidak ada panen. Di tingkat petani maupun pengepul stoknya habis. Kondisi ini diduga sengaja dipermainkan sejumlah oknum yang  tanpa disadari justru mengkhawatirkan petani. 

Masalahnya, roda bisnis kopi ini akan berputar. Saat harga terlalu mahal saat ini, pasti akan membuat para pelaku usaha mendatangkan kopi dari luar daerah. Beberapa penjual kopi sekarang sudah mulai mendatangkan kopi dari luar yang pastinya dengan harga yang relatif lebih murah. Ketika hal ini terus terjadi, kopi luar justru menggempur Sembalun, maka jelas harga kopi Sembalun akan anjlok. 

“Orang pasti akan berpikir, ngapaian beli mahal kalau rasa lebih bagus dari luar. Karena itu tidak bagus kalau terlalu tinggi harganya,” ungkapnya, Minggu 21 April 2024.

Idealnya untuk kopi Arabika cukup sebenarnya Rp 130 ribu per kilogram. Sedangkan Robusta Rp 40-45 per kilogram.  Menurutnya, harga segini sudah cukup menguntungkan bagi petani.

‘’Kalau di atas Rp 60 ribu per kilogram itu sudah dianggap tak masuk akal. Tidak diinginkan saat panen nantinya, mulai bulan Mei untuk Arabika dan bulan Agustus mendatang untuk Robusta harga tetap bisa stabil. Tidak kemudian anjlok karena alasan stok melimpah,’’ harapnya.

Dalam menjalankan bisnis kopi mulai dari tingkat petani sampai ke penikmat kopi harusnya bisa dijaga stabilisasinya. Harga sekarang diakui cukup menarik bagi petani. Akan tetapi, tidak diinginkan terkesan hanya sesaat. Petani juga berpikir ke depan agar harga bisa tetap stabil, seperti Kopi Gayo Aceh diketahui tetap stabil harganya Rp 120 per klogram. Sejauh ini Aceh tetap menjaga stabilitas harga kopi Gayo tersebut, sehingga  dalam situasi apapun petani tetap bisa menikmati harganya.

Sebagai petani, Hajrul mengaku tidaklah terlalu bangga sebenarnya dengan harga yang mahal ini. Harga yang dianggapnya sudah tidak masuk akal ini jelas sangat mengkhawatirkan bagi kesinambungan bisnis budidaya kopi. 

Menurutnya, petani perlu diajari stabilitas harga. Bukan bangga dengan harga mahal. Bukan saja kopi. Ketika mahal maka datang dari luar. Ketika datang dari luar maka akan merusak harga komoditi kita. ‘’Kopi luar ini memang sudah mulai masuk, tapi lambat laun akan merusak harga. Dulu sempat harganya Rp 20-35 ribu per kilogram,” klaimnya.

Harga sekarang dianggap terlalu melonjak. Ketika gempuran kopi luar tak terbendung, maka kopi Sembalun pastinya akan tergeser. Dampak buruknya, Sembalun tidak lagi bisa tanam kopi, karena pengusaha coffee shop mendatangkan dari luar daerah.

Praktik mendatangkan kopi dari luar mulai terjadi di tempat-tempat angkringan kopi di Sembalun. Kalau sudah di dalam gelas, orang sulit membedakan kopi asli Sembalun atau tidak. “Kan tidak ada yang tahu kopi dari mana ketika sudah masuk dalam gelas. Penjual kopi bisa saja mengklaim dari Sembalun, namun faktanya kopi  yang dberikan tersebut berasal dari Temanggung, Jawa Timur,’’ ujarnya khawatir. (ham/rus)

Pembeli Luar Negeri Terus Incar Kopi NTB

0
Baiq Nelly Yuniarti (Ekbis NTB/dok)

KOPI asal NTB memiliki banyak varian, baik dari Lombok maupun Pulau Sumbawa. Misalnya saja Kopi Tepal, Ponek, Rarak Rongis, Sajang, Sembalun, Sapit, Senaru, Rempek, Bayan, Selelos, Leong, Narmada, Kumbi, Lingsar dan lainnya. Biji kopi yang berasal dari wilayah berbeda memiliki kecenderungan rasa yang beda pula.

Hal inilah yang membuat buyer atau pembeli dari dalam negeri maupun luar negeri mengincar kopi NTB. Meski kopi NTB tak setenar kopi-kopi lain seperti Gayo, Kintamani, Toraja, Bajawa Flores dan lainnya, namun cita rasa khas dan kualitas kopi NTB tak kalah saing.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, buyer yang sangat senang dengan cita sara kopi NTB bahkan ingin memperluas area penanaman kopi dalam daerah agar kebutuhan kopi bisa terpenuhi.

“Masih jadi primadona, makanya buyer Korsel sampai mau memperluas area tanam kopi Rempek di ke Lombok Barat, saking senangnya dia dengan kopi dari Rempek KLU,” kata Baiq Nelly Yuaniarti kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.

Ia mengatakan, saat digelarnya Coffex Istanbul Turki tahun 2021 lalu, buyer dari luar negeri memesan biji kopi NTB dalam jumlah yang besar yaitu sekitar 1.450 ton. Mengingat permintaannya sangat besar, maka NTB bisa memenuhi kebutuhan pasar luar negeri secara bertahap.

“Alhamdulillah bisa kita penuhi, tapi tentu tidak sekali kirim, namun bertahap. Besok kami informasikan datanya,” katanya.

Lombok memang dikenal sebagai salah satu penghasil biji kopi terbaik di Indonesia. Tak heran, pembelinya dari luar negeri datang langsung ke Lombok. Bahkan mereka turut melakukan pembinaan kepada petani kopi melalui mitra di daerah. Dalam beberapa waktu terakhir, biji kopi berkualitas seperti sulit didapat. Permintaan dari luar negeripun terbatas mampu dipenuhi.

Salah satu mitra buyer luar negeri untuk kopi ini adalah Lalu Thoriq, pemilik UD. Berkah Alam. Ia mengaku, sejak satu tahunan terakhir agak sulit mendapatkan kopi untuk memenuhi permintaan koleganya di Korea Selatan.

Sudah beberapa tahun ini ia intens mengekspor kopi ke pemesan di negeri Ginseng itu. Pada tahun 2023 lalu, ia hanya mengirim kurang dari satu kontainer ke Korea Selatan. Padahal tahun-tahun sebelumnya ia bisa memenuhi hingga empat kontainer. “Korea masih tetap minta. Tapi saya kesulitan di sini dapat bahan baku kopinya,” katanya.

Selain kopi, pembeli dari Korea juga mulai melirik potensi produksi gula aren Lombok, khususnya Lombok Barat. Mengingat, di Korea Selatan banyak varian kopi yang dibuat. Salah satunya kopi rasa gula aren. Gula aren cair dari Lombok dipilih karena original palm dan rasanya dianggap unik. Aroma dan rasanya sangat disukai. Di samping itu, gula aren rendah glukosa.(ris)

Petani Kopi Tambora Belum Merasakan Dampak Perbaikan Tata Niaga Kopi

0
PETANI KOPI - Bambang, petani kopi asal Desa Kadindi Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu. (Ekbis NTB/ula)

Dompu (Ekbis NTB) – Wilayah lereng Gunung Tambora termasuk salah satu daerah penghasil kopi di NTB. Wilayah Tambora banyak menghasilkan kopi jenis Robusta dan dikenal memiliki cita rasa berkualitas tinggi. Harga jual biji kopi saat ini sedang tingginya, namun belum banyak memberi dampak bagi perbaikan penghasilan petani.

Banyaknya petani yang terjebak sistem ijon dan kebunnya digadai, membuat petani tidak bisa mendapatkan keuntungan atas kepemilikan kebun kopi. “Jujur, belum banyak memberikan kemakmuran bagi masyarakat kopi. Karena itu tadi, banyak yang terjebak sistem ijon,” ungkap Bambang, petani Kopi Tambora asal Desa Kedindi, Kecamatan Pekat, Minggu 21 April 2024.

Yang merasakan dampak terhadap perbaikan harga kopi saat ini, diakui Bambang, hanya mereka yang fokus mengurus budidaya kopi. Itupun jumlahnya tidak banyak. Mereka ini secara telaten merawat kebun kopinya dengan memagari dan melakukan perawatan secara intensif kebun kopinya.

Bambang memiliki 4 ha kebun kopi di lereng Gunung Tambora. Kebunnya ini sudah dipagari dengan pagar hidup dan dilapisi kawat berduri. Ia pun merawatnya 3 kali setahun, sehingga pertumbuhan kopinya sehat dan produksinya baik. “Harga biji kopi saat ini sungguh menggembirakan. Buah kopi juga sedang bagus – bagusnya,” ungkap Bambang.

Dengan perawatan yang intens, kebun kopinya seluas 4 ha ini bisa menghasilkan biji kopi kering rata – rata 4 – 5 ton setiap kali produksi. Biji kopi ini biasanya dipanen 3 kali setahun sesuai masa matangnya buah kopi. Usia panen biji kopi 8 hingga 10 bulan. Setiap berbuah, kopi akan diikuti dengan pucuk yang sedang berbunga.

Masa berbunga pertama kopi biasanya pada Agustus untuk bunga pertama, baru September, dan Oktober. Bunga kopi ini dipanen setelah menjadi kopi yang matang yaitu pada Juni, Juli, dan Agustus.

Dengan tuntutan perawatan dan semakin terbatasnya pohon pelindung, kata Bambang, banyak petani di sekitar lereng Tambora terjebak pada sistem Ijon dan menggade kopinya. Ada juga yang mengganti tanaman kopi dengan jagung. “Sekarang sudah semakin berkurang kebun kopi. Banyak yang berganti dengan jagung. Malah mereka sekarang menyesal, karena jagungnya tidak menghasilkan akibat curah hujan yang tidak menentu. Sementara harga kopi sedang baik – baiknya,” ungkap Bambang.

Selain memiliki kebun kopi sendiri, Bambang juga menekuni pengolahan biji kopi. Ia pun memiliki bubuk kopi yang dinamainya dengan Mirah Coffe. Ada 3 jenis biji kopi yang diolahnya. Kopi rakyat dengan kualitas 60 persen kopi matang dan 40 persen kopi setengah matang. Saat ini harga jual biji kopi keringnya Rp.60 ribu per kg.

Ada juga kopi natural dengan harga jual Rp.100 ribu per kg. Kopi ini merupakan biji kopi pilihan dan proses pengeringannya tidakseperti kopi rakyat. Kualitas tertinggi itu kopi Wine dengan harga jual biji keringnya Rp.150 ribu per kg. Kopi wine ini memiliki berbagai citarasa. Karena selain dari biji kopi pilihan, juga melalui proses pengolahan yang panjang dan telaten.

Untuk bubuk kopinya sendiri dengan berat 200 gram. Untuk kopi rakyat biasanya dijual Rp.25 ribu per bungkus. Kopi natural harganya Rp.40 ribu bungkus, dan kopi wine harganya Rp.50 ribu per bungkus. (ula)

Pemprov NTB Tegaskan, Petani Kopi Tengah Menikmati Harga Tinggi

0
Proses Penyortiran Kopi (Ekbis NTB/bul)

Mataram (Ekbis NTB) – Harga biji kopi melambung hingga menyentuh angka Rp60.000/Kg lebih. Harga kopi saat ini merupakan harga tertinggi selama ini.Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya keterlambatan panen. Sampai dengan bulan April 2024 ini, petani kopi belum melakukan panen sekalipun di tahun ini.

Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, H. Ahmad Rifa`i mengemukakan, hasil survei petugas informasi pasar yang tersebar se-kabupaten NTB (Lobar, KLU, Lotim, dan Bima) bahwa harga kopi Robusta di tingkat petani berkisar antara Rp50 ribu sampai Rp60 ribu perkilo.

Ia menambahkan, ketika melakukan survey, pihaknya tidak menemukan satupun petani merasa dirugikan akibat dari kenaikan harga kopi ini. Yang ada para petani bersyukur karena harga kopi setinggi ini. Menurutnya, ditengah kenaikan harga kopi ini, yang diuntungkan jelas petani.

Ia menampikkan, harga tinggi kopi saat ini hanya dinikmati tengkulak ketimbang petani. Karenanya, ia juga mengimbau petani harus lebih bisa melakukan tawar menawar dengan para tengkulak, mengingat banyak dari petani kekurangan modal sehingga membutuhkan pinjaman dana dari pada tengkulak untuk berproduksi.

“Menjaga produksi dan produktifitas kopi, peran kelompok petani kopi untuk menguatkan permodalan petani, kerja sama dengan UMKM, dan harus aktif berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan provinsi, yang terakhir hindari pinjaman modal karena akan menurunkan posisi tawar hasil petani,” lanjutnya.

Adapun sebagai kepala bidang perkebunan, dirinya selalu berupaya untuk melakukan bimbingan teknis kepada para petani kopi terkait dengan bagaimana cara menghasilkan kopi yang berkualitas. Mengingat bahwa permintaan kopi yang semakin tinggi baik itu dalam daerah maupun keluar daerah sehingga dibutuhkan kopi yang berkualitas.

Lebih lanjut Rifai menjelaskan bahwa di semua wilayah yang ada di NTB bisa ditumbuhi kopi, sehingga perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah, kabupaten, dan provinsi untuk mendukung pengembangan kopi.

Sampai dengan saat ini, komoditas perkebunan Kopi belum tersentuh sama sekali oleh APBD, sehingga pengembangan budidaya kopi hanya menggunakan APBN yang dananya pun terbatas. (era)

Ponpes Nurul Haramain Ditunjuk Mengembangkan Vanili Organik di NTB

0
H. Ahmad Dahlan (Ekbis NTB/era)

Giri Menang (Ekbis NTB) – Vanili menjadi salah satu komoditas pertanian, perkebunan yang sangat diminati di pasar luar. Salah satu negara dengan peminat vanili tertinggi adalah Amerika Serikat. Satu buyer (pembeli) saja membutuhkan setidaknya 70 ton vanili.

Hal ini disampaikan Ketua Budidaya Vanili Ponpes Nurul Haramain, Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Lalu. Dahlan. Ia mengatakan dari 70 ton vanili yang diminta, tak sampai 10 ton yang bisa dipenuhi.

“BI mengirim orang untuk mencari buyer ke Amerika, ternyata di Amerika banyak buyer itu. Satu buyer saja membutuhkan 70 ton vanili, ternyata yang bisa di pasok menurut BI tak sampai 10 ton,” ungkap Lalu Dahlan, Sabtu 20 April 2024.

Nurul Haramain kini dijadikan sebagai pemasok vanili terverifikasi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro).

“Karena vanili yang di NTB dianggap banyak yang belum tersertifikasi oleh Balitro, sehingga kami diberikan bibit dari Balitro itu 6.500 untuk dibudidayakan di ponpes untuk di sebar di petani NTB,” lanjutnya.

Bank Indonesia dan Balai Standardisasi Pertanian (BSIP) bersama dengan Balittro mencoba untuk mengembangkan lebih luas budidaya vanili bersertifikat Balitro. Dan bertekad menjadikan NTB menjadi daerah eksportir vanili nomor satu di Indonesia.(era)

Sejarah Dunia, Mahalnya Harga Kopi

0
Ketua Asosiasi Kopi NTB, Dody Wibowo saat menunjukkan kopi yang siap panen di pohonnya. (Ekbis NTB/bul)

Mataram (Ekbis NTB) – Pegiat kopi mengaggap saat ini mengalami sejarah buruk dunia perkopian. Tidak saja terjadi di daerah, di dalam negeri, pun hal yang sama terjadi di dunia.

Harga kopi saat ini di level tertinggi, sudah tembus diangka Rp80-an ribu perkilo green bean kopi robusta. Harganya sudah naik seratus persen dari harga normal yang sebelumnya di kisaran Rp30-an ribu perkilo.

“Ini sejarah dunia harga termahal kopi robusta,” kata Ketua Asosiasi Kopi NTB, Dodi Wibowo, Minggu 21 April 2024.

Berdasarkan infomasi yang diterimanya dari para petani kopi di NTB, sudah sejak tahun 2022, atau sudah dua tahun terakhir produksi kopi memburuk. Terjadi gagal panen. Dipengaruhi karena cuaca ekstrem. Terutama saat kopi berbunga, terjadi hujan, tiba-tiba terjasi panas ekstrem, kemudian hujan lagi. Kondisi cuaca seperti ini menurutnya sangat tidak baik bagi produksi kopi.

“Bahkan ada beberapa kebun kopi yang tidak ada panen sama sekali, persoalannya hampir sama. Mau di Lombok, Sumbawa, di Indonesia bahkan dunia juga sedang sama,” terangnya.

Dody sendiri membangun kemitraan dengan seratusan petani kopi di Pulau Lombok, lebih dari seribu hektar lahan kopi mitranya. Saat kondisi normal, berapapun yang diminta pasar, ia bisa penuhi dari pasokan petani mitranya.

Ia memasok kopi ke kopi-kopi shop yang ada di Pulau Lombok, maupun Sumbawa. Termasuk ke hotel-hotel dan restoran. Belakangan, ia menutup beberapa kopi shop, dan menghentikan sementara pasokan kopi ke hotel dan restoran. Alasannya, tidak ada kopi dari petani. Kalaupun di mitranya, harganya sudah sangat tinggi, diatas Rp70an ribu.

“Kalaupun kita bisa memasokkan ke hotel dan restoran, harganya sangat tinggi. Tidak masuk di standar mereka. Makanya untuk sementara stop pasok dulu. Sudah beberapa minggu ini beberapa kopi shop juga tutup,” imbuhnya.

Kendati harga tinggi, Dody mengatakan, harganya tidak dinikmati petani. Karena kebanyakan, setelah panen, kopinya dijual ke pengepul-pengepul yang sudah menjadi mitranya. Hanya sedikit diantara petani yang menyimpan stok.

“Bener itu, yang mendapat harga tinggi sekarang pengepul-pengepul besar yang ada di Pulau Jawa, Jakarta, Bali. Karena selama ini kopi produksi lokal NTB kita dikirimnya ke pengepul besar di Surabaya, Semarang, Jakarta, Bali,” katanya.

Kopi-kopi di petani saat panen dijualnya dengan harga normal, saat itu harga belum naik separah ini. Tidak ada yang menyangka akan terjadi situasi seperti sekarang. Sehingga, mereka yang punya stok kopi, merekalah yang tengah mendapat durian runtuh.

Persoalan kopi saat ini menurut Dody, tidak bisa ditangani dalam waktu singkat. Karena stok kopi dunia juga sangat kurang. Ditengah kopi dunia sedang naik daun. Hal ini menurutnya patut dijadikan pejaran, terutama petani kopi di NTB, dan pemerintah terkait.

Bagaimana pentingnya dilakukan peremajaan kopi, dilakukan perawatan agar produktivitas dapat ditingkatkan. Sehingga , petani tidak melepas begitu saja budidaya kopinya kepada alam. Mengikuti perubahan iklim.

“Karakter pertanian kopi kita kan dilepas begitu saja mengikuti alam. Minim perawatan, pemupukan, apalagi peremajaan,” demikian Dody.(bul)