Mataram (ekbisntb.com) – Kepala Bappeda NTB Dr. Ir H. Iswandi M.Si mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB dalam 20 tahun kedepan ditargetkan di atas rata-rata nasional yaitu 6 – 7 persen per tahun. Hal itu merupakan arahan langsung dari Bappenas kepada Pemprov NTB agar pendapatan perkapita masyarakat NTB bisa keluar dari papan bawah ke papan menengah ke atas.
Hal tersebut disampaikan Iswandi saat memberi pemaparan secara online dalam kegiatan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2024 yang berlangsung di Bank Indonesia Perwakilan NTB Rabu 3 Juli 2024 kemarin. Menurut Iswandi, target ini memang cukup berat, mengingat secara historis, pertumbuhan ekonomi NTB jarang melewati angka pertumbuhan 6 persen.
“Pernah di atas 6 persen memang pertumbuhan ekonomi NTB, namun itu tidak berkelanjutan karena dipengaruhi oleh kinerja pertambangan. Target RPJPN dan RPJPD Provinsi NTB, pertumbuhan ekonomi NTB dalam 20 tahun kedepan harus rata-rata di atas nasional. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik, kita harus mengoptimalkan sejumlah lapangan usaha dominan seperti sektor pertanian,” kata Iswandi dalam pemaparan tersebut.
Menurutnya, dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi NTB Tahun 2024-2026, Provinsi NTB ditarget bisa menjadi lokomtif pertumbuhan regional di kawasan Bali Nusa Tenggara. Target ini tak berlebihan, sebab NTB memiliki sumberdaya alam yang besar untuk mewujudkan pertumbuhan tersebut.
Iswandi mengatakan, desain perekonomin wilayah Bali, NTB dan NTT berdasarkan Bappenas yaitu menjadi superhub pariwisata dan ekonomi kreatif Nusantara bertaraf internasional. Artinya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan ini diharapkan akan bisa menarik sektor-sektor lainnya menjadi lapangan usaha masyarakat.
Ketiga provinsi yang bertetangga ini diarahkan oleh Bappenas ke sektor-sektor yang lebih spesifik. Misalnya Bali diarahkan menjadi provinsi yang menjadi pusat budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif global. Kemudian NTB diaharapkan menjadi pusat pariwisata petualangan dan lumbung pangan, sementara NTB diarahkan menjadi daerah pusat pariwisata bahari dan minat khusus yang bertaraf internasional.
Saat ini salah satu tantangan yang masih dihadapi oleh NTB yaitu masalah kemiskinan. Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kemiskinan di daerah ini semakin menurun. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang terbaru menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di NTB pada Maret 2024 sebesar 12,91 persen. Angka ini menurun sebesar 0,94 persen poin terhadap Maret 2023 dan menurun 0,91 persen poin terhadap September 2022. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 709,010 orang, berkurang 42.220 orang terhadap Maret 2023 dan berkurang 3.680 orang terhadap September 2022.
Di regional Bali Nusa Tenggara, Bali memiiki tingkat kemiskinan terendah yaitu 4 persen pada Maret 2024. Sementara tingkat kemiskinan tertinggi masih terjadi sebesar 19,48 persen di Provinsi NTT.
“Kita mengalami penurunan angka kemiskinan yang cukup progresif dibanding dengan beberapa provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Namun menurut Iswandi, tantangan NTB dalam menanggulangi kemiskinan ini yaitu penduduk miskin yang bekerja pada sektor pertanian mengalami peningkatan dari 29,44 persen tahun 2019 menjadi 38,26 persen pada tahun 2023. Sementara penduduk miskin yang bekerja pada sektor non- pertanian mengalami penurunan dari 30,02 tahun 2019 menjadi 23,63 pada tahun 2023.(ris)