Mataram (ekbisntb.com) – Kebijakan pemerintah untuk mengimpor 2,4 juta ton garam tahun 2024 ini dikhawatirkan berdampak pada harga garam lokal, khususnya garam industri jenis K1 yang diproduksi di NTB.
Meskipun impor garam difokuskan untuk memenuhi kebutuhan industri dengan spesifikasi tertentu yang belum mampu diproduksi dalam negeri, namun hal ini dikhawatirkan akan menekan harga garam lokal yang kualitasnya lebih rendah.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi NTB telah lama mengusulkan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) garam untuk melindungi petani garam lokal.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Muslim, ST.,M.Si di Mataram, Jumat 21 Juni 2024 menjelaskan bahwa usulan HPP garam telah lama disampaikan, namun masih menunggu keputusan dari Kementerian Perdagangan.
“Kita dorong penetapan HPP agar harga garam lokal tidak anjlok dan merugikan petani. Besaran HPP yang diharapkan pada harga ideal Rp1.000/Kg sampai Rp1.200/Kg,” ujar Muslim.
Muslim menuturkan, harga garam lokal saat ini bervariasi hingga Rp500 per kilogram. Karena itu, harapan penetapan HPP dapat menjadi acuan harga garam yang lebih wajar, meskipun implementasinya di lapangan masih memiliki tantangan.
Meskipun garam impor tidak secara langsung bersaing dengan garam konsumsi, namun dikhawatirkan akan berdampak pada garam K1 yang digunakan oleh industri lokal, salah satunya penggunaan garam oleh PDAM.
“Sementara ini garam K1 kita ini kan untuk kebutuhan industri dan PDAM. Nanti itu bersaing harga dengan garam impor. Makanya harus ada HPP ini,” jelas Muslim.
Penetapan HPP garam diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjaga stabilitas harga garam lokal dan melindungi mata pencaharian para petani garam di NTB.
Untuk diketahui, Tahun 2023, produksi garam di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan disebabkan oleh cuaca ekstrem yang melanda wilayah Indonesia. Berdasarkan data, jumlah produksi garam di NTB pada tahun 2022 mencapai 86.429 ton, mengalami penurunan sebanyak 29 ribu ton dari produksi tahun 2021.
Sebenarnya, jika petambak garam menggunakan teknologi seperti sistem prisma, kristal, atau panel, produksi garam dapat meningkat. Namun, metode ini belum banyak diterapkan di NTB, yang lebih banyak mengandalkan tambak garam secara konvensional.(bul)