Mataram (ekbisntb.com)-Curah hujan di wilayah NTB pada dasarian II Juni 2024 secara umum dalam kategori Rendah (0 – 10 mm/das). Sifat hujan pada dasarian II Juni 2024 di wilayah NTB umumnya didominasi kategori Bawah Normal (BN). Curah hujan tertinggi di pos hujan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur sebesar 3 mm/dasarian.
Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) provinsi NTB secara umumnya berada pada katagori Menengah hingga Sangat Panjang (11 – 60 hari). HTH terpanjang tercatat di Pos Hujan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa selama 57 hari.
Dalam rilis resmi BMKG, Kamis 20 Juni 2024 disampaikan, Hasil Monitoring ENSO terakhir menunjukkan indeks ENSO (+0.19) terpantau berada pada kondisi netral. Prediksi indeks ENSO akan beralih menuju La Nina mulai periode Juli-Agustus-September (JAS) 2024.
Sedangkan nilai anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD Netral (-0.21) dan diprediksi IOD Positif akan berlangsung Juli hingga Oktober 2024 dan kembali Netral hingga akhir tahun 2024. Aliran masa udara wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB sudah didominasi angin timuran.
Update terakhir MJO terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia dan diprediksi tetap tidak aktif hingga awal Juli 2024.
Aktifnya MJO berkaitan dengan potensi peningkatan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah NTB.
Pada dasarian III Juni 2024 (21 – 30 Juni 2024) peluang curah hujan diprediksi sangat rendah. Potensi hujan >20mm/dasarian diprediksi berpeluang terjadi <10% di seluruh wilayah NTB.
Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi siaga terjadi di daerah NTB antara lain.
Level siaga : Dompu : (Kec. Kilo, Pajo), Kabupaten Bima : (Kec. Belo, Lambitu, Palibelo), Kota Bima : (Kec. Raba), Lombok Barat : (Kec. Lembar), Sumbawa : (Kec. Labuhan Badas, Sumbawa, Unter Iwes), Sumbawa Barat : (Kec. Jereweh).
Saat ini seluruh wilayah NTB sudah memasuki musim kemarau. Masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien.
Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
Masyarakat diimbau memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan.(bul)