Mataram (Ekbis NTB) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan selama musim pemberangkatan calon jamaah haji 1445 Hijriah/2024 Embarkasi Lombok, volume sampah meningkat hingga dua ton per hari.
Kepala Bidang (Kabid) Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Kamis, mengatakan peningkatan volume sampah itu dipicu karena adanya aktivitas ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) di areal Asrama Haji Embarkasi Lombok Jalan Lingkar Selatan Kota Mataram, selama proses pemberangkatan calon haji.
“Sehari volume sampah di sekitar asrama haji mencapai sekitar 1,5 ton hingga 2 ton. Jumlah itu tidak banyak, karena pada hari biasa volume sampah sekitar 200-240 ton per hari,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, penanganan sampah PKL di sekitar asrama haji tidak mempengaruhi terhadap kinerja atau kegiatan penanganan rutin yang dilakukan petugas DLH pada titik lain. “Untuk penanganan sampah saat kegiatan insidental, kita sudah terbiasa,” katanya.
Untuk memudahkan penanganan sampah di kawasan itu, kata dia, para PKL sudah diberikan wadah sampah berupa kantong plastik sebagai bentuk partisipasi pedagang agar mengumpulkan sampah yang ditimbulkan selama beraktivitas di kawasan tersebut.
Pemberian kantong plastik ini dinilai efektif membantu petugas kebersihan yang disiagakan di kawasan tersebut, sehingga petugas bisa lebih mudah menangani sampah.
“Pedagang bisa minta kapan dan berapa saja kantong plastik sampah ke mandor yang kita siagakan di areal tersebut,” katanya.
Di sisi lain, lanjut Vidi, untuk mengoptimalkan penanganan sampah selama musim haji, juga telah dilakukan penambahan petugas sapu dari biasanya dua orang kini menjadi enam orang.
“Enam petugas sapu ini kita bagi tiga, masing-masing dua orang untuk pagi, siang, dan malam,” katanya.
Proses pemberangkatan calon jamaah haji Embarkasi Lombok dijadwalkan pada 11 Mei 2024 sampai 28 Mei 2024. Setelah itu kawasan asrama haji kembali normal dan pedagang kembali muncul saat proses pemulangan jamaah haji.
Kondisi itu terjadi karena tradisi di Pulau Lombok dan NTB pada umumnya pengantar satu jamaah bisa 2-3 bus, sehingga menjadi kesempatan bagi PKL untuk meraup rezeki musiman.
Para PKL ini berjualan sepanjang Jalan Lingkar Selatan Kota Mataram yang menjadi jalan utama ke Asrama Haji, dengan memanfaatkan lahan kosong dan trotoar di areal tersebut.(Ant)