spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBerandaHarga Kopi Robusta Melabung, Dikhawatirkan Terjadi Hanya Sesaat

Harga Kopi Robusta Melabung, Dikhawatirkan Terjadi Hanya Sesaat

Harga kopi Robusta di NTB belakangan ini melejit. Bahkan pernah menembus Rp60.000 per Kg. Hal ini dipicu tingginya permintaan dari dalam dan luar negeri. Kenaikan harga kopi ini membuat para eksportir gigit jari. Tidak hanya eksportir, petani kopi pun khawatir, kopi yang ditanam tidak laku.

- Iklan -

KENAIKAN harga kopi di NTB dipicu promosi kopi NTB pada kegiatan pameran kopi terbesar di dunia, Coffex Istanbul yang diselenggarakan di Istanbul, Ibukota Negara Turki  pada September 2021. Sebanyak 20 negara ikut berpartisipasi, didominasi negara-negara Eropa, NTB bahkan menerima pesanan fantastis 1.450 ton.

Sayangnya, kenaikan harga ini tidak serta merta dinikmati petani. Justru yang menikmatinya adalah pengepul-pengepul kopi. Karena petani sudah menjual di awal karena praktik ijon. Hanya sedikit petani kopi yang mendapatkan dampaknya, itupun yang punya stok kopi, karena tidak menjual seluruh hasil kopinya langsung.

Iwan, salah seorang petani kopi di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengakui dirinya hanya bisa menanam dan memelihara tanaman kopi di lahan  25 are lebih. Sementara, pemilik kebun kopi berada di Kota Mataram.

Saat panen ia hanya memetik kopi dan memproses pengemasan kopi, setelah itu dikirim ke pemiliknya di Kota Mataram. Menurutnya, lokasi penanaman kopi dengan tempat tinggalnya tidak jauh, sehingga saat panen maupun proses pemeliharaan tidak butuh biaya besar. Artinya, pemilik kebun kopi tinggal meminta pekerja yang merupakan penjaga tanah atau kebun untuk bekerja dan tinggal menyerahkan hasilnya ke pemilik.

Bagi pekerja seperti dirinya, mahal atau tidaknya kopi di pasaran tidak terlalu berpengaruh. Namun, yang merasakan hasilnya adalah pemilik kopi dan juga pengusaha kopi di lapangan, karena mereka yang langsung bertransaksi dengan konsumen. Sementara, tugas mereka hanya memetik dan mengolah kopi yang menjadi milik pengusaha. ‘’Setelah kami proses di sini, langsung kami bawa ke pemilik kopi yang ada di Mataram,’’ ujarnya pada Ekbis NTB di Sembalun belum lama ini.

Sementara Hajrul Hazmi, mengaku, mahalnya harga kopi, termasuk Kopi Sembalun dinikmati petani. Saat ini, harga kopi Robusta di petani tembus Rp 75 ribu per kilogram. Sedangkan kopi Arabika Rp 170 ribu per kilogram. Akan tetapi, harga itu diakui hanya sesaat dan petani Sembalun justru khawatir terjebak pada permainan bisnis yang bakal berdampak buruk pada keberlanjutan usaha dan aktivitas budidaya kopi.

Diakuinya,  lonjakan harga saat ini memang terjadi akibat dari stok yang mulai menipis, karena tidak ada panen. Di tingkat petani maupun pengepul stoknya habis. Kondisi ini diduga sengaja dipermainkan sejumlah oknum yang  tanpa disadari justru mengkhawatirkan petani. 

Masalahnya, roda bisnis kopi ini akan berputar. Saat harga terlalu mahal saat ini, pasti akan membuat para pelaku usaha mendatangkan kopi dari luar daerah. Beberapa penjual kopi sekarang sudah mulai mendatangkan kopi dari luar yang pastinya dengan harga yang relatif lebih murah. Ketika hal ini terus terjadi, kopi luar justru menggempur Sembalun, maka jelas harga kopi Sembalun akan anjlok. 

“Orang pasti akan berpikir, ngapaian beli mahal kalau rasa lebih bagus dari luar. Karena itu tidak bagus kalau terlalu tinggi harganya,” ungkapnya, Minggu 21 April 2024.

Idealnya untuk kopi Arabika cukup sebenarnya Rp 130 ribu per kilogram. Sedangkan Robusta Rp 40-45 per kilogram.  Menurutnya, harga segini sudah cukup menguntungkan bagi petani.

‘’Kalau di atas Rp 60 ribu per kilogram itu sudah dianggap tak masuk akal. Tidak diinginkan saat panen nantinya, mulai bulan Mei untuk Arabika dan bulan Agustus mendatang untuk Robusta harga tetap bisa stabil. Tidak kemudian anjlok karena alasan stok melimpah,’’ harapnya.

Dalam menjalankan bisnis kopi mulai dari tingkat petani sampai ke penikmat kopi harusnya bisa dijaga stabilisasinya. Harga sekarang diakui cukup menarik bagi petani. Akan tetapi, tidak diinginkan terkesan hanya sesaat. Petani juga berpikir ke depan agar harga bisa tetap stabil, seperti Kopi Gayo Aceh diketahui tetap stabil harganya Rp 120 per klogram. Sejauh ini Aceh tetap menjaga stabilitas harga kopi Gayo tersebut, sehingga  dalam situasi apapun petani tetap bisa menikmati harganya.

Sebagai petani, Hajrul mengaku tidaklah terlalu bangga sebenarnya dengan harga yang mahal ini. Harga yang dianggapnya sudah tidak masuk akal ini jelas sangat mengkhawatirkan bagi kesinambungan bisnis budidaya kopi. 

Menurutnya, petani perlu diajari stabilitas harga. Bukan bangga dengan harga mahal. Bukan saja kopi. Ketika mahal maka datang dari luar. Ketika datang dari luar maka akan merusak harga komoditi kita. ‘’Kopi luar ini memang sudah mulai masuk, tapi lambat laun akan merusak harga. Dulu sempat harganya Rp 20-35 ribu per kilogram,” klaimnya.

Harga sekarang dianggap terlalu melonjak. Ketika gempuran kopi luar tak terbendung, maka kopi Sembalun pastinya akan tergeser. Dampak buruknya, Sembalun tidak lagi bisa tanam kopi, karena pengusaha coffee shop mendatangkan dari luar daerah.

Praktik mendatangkan kopi dari luar mulai terjadi di tempat-tempat angkringan kopi di Sembalun. Kalau sudah di dalam gelas, orang sulit membedakan kopi asli Sembalun atau tidak. “Kan tidak ada yang tahu kopi dari mana ketika sudah masuk dalam gelas. Penjual kopi bisa saja mengklaim dari Sembalun, namun faktanya kopi  yang dberikan tersebut berasal dari Temanggung, Jawa Timur,’’ ujarnya khawatir. (ham/rus)

Artikel Yang Relevan

Iklan






Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini