Lombok (ekbisntb.com) –

Pemerintah Pusat menargetkan pertumbuhan ekonomi NTB di tahun 2025 bertumbuh 7 persen. Sepertinya membutuhkan kerja keras mengingat pertumbuhan ekonomi NTB selama dua triwulan merosot. Masing-masing di triwulan I ekonomi NTB mengalami kontraksi -1,43 dan di triwulan II kontraksi mencapai -0,82.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin menyatakan, di sisa tiga bulan tahun 2025, NTB membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen untuk memenuhi target Pemerintah Pusat tersebut.
“Target Pusat untuk NTB di tahun 2025 pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen. Kalau kita akumulasikan triwulan I dan II, pertumbuhan minus -0,11 persen. Butuh sekitar 8 persen lagi,” ujarnya pada acara Bincang Kamisan, Kamis, 2 Oktober 2025.
Target untuk NTB lanjutnya, merupakan target tertinggi kedua dari 38 provinsi di Indonesia. Tingginya target itu untuk mendukung target rata-rata 7 persen pertumbuhan ekonomi nasional. “Di tahun 2025 targetnya 7 persen. Kemudian di tahun 2029, 9,3 persen targetnya,” lanjutnya.
Menurutnya, Pemprov NTB tidak mungkin mencapai target itu. Kecuali ada kebijakan lain dari Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk memberikan kelonggaran kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk melakukan ekspor konsentrat tembaga.
“Tapi belum tentu kita pesimis. Kecuali ada semacam regulasi yang memperbolehkan tambang itu bisa ekspor. Karena ada pengaturan dilarang untuk ekspor barang mentah, agak sulit kita mendapatkan pertumbuhan ekonomi positif,” jelasnya.
Wahyudin melanjutkan, sektor tambang sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi NTB. Sebab, sektor ini merupakan share tertinggi kedua setelah sektor pertanian. “Pada saat terjadi penurunan produksi, share jadi 16 persen dari sebelumnya yang hampir 20 persen,” ungkapnya.
Relaksasi Tambang PT AMNT Jadi Kunci Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi NTB
Ekonom Universitas Mataram, Dr. Iwan Harsono menyatakan relaksasi tambang PT AMNT jadi penentu pertumbuhan ekonomi NTB di tahun 2025. Meski selama delapan bulan terakhir pusat belum juga menyanggupi permintaan ekspor konsentrat tembaga tersebut.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi NTB yang ditargetkan oleh pusat itu tidak rasional. Apalagi hingga kini mereka belum juga mengizinkan PT AMNT untuk melakukan relaksasi tambang. “Untuk mencapai itu harus perlu konsultasi, lobby, dan secepatnya. Kerja-kerja, harus segera. Sebenarnya yang harus berjuang untuk ekspor konsentrat itu pusat, karena dia yang menargetkan,” katanya.
Kepala BPS NTB, Wahyudin melanjutkan, pertumbuhan ekonomi NTB di luar tambang para triwulan kedua tahun 2025 naik mencapai 6,08 persen. Hal ini menunjukkan ekonomi masyarakat cukup stabil.
“Kalau di luar tambang, kondisinya baik. Bahkan pertumbuhannya lebih tinggi dibanding triwulan I,” pungkasnya. (era)