26.5 C
Mataram
BerandaBerandaTingkat Hunian Hotel di Mataram Jelang MotoGP Masih Rendah

Tingkat Hunian Hotel di Mataram Jelang MotoGP Masih Rendah

Lombok (ekbisntb.com)

- Iklan -

hunian hotel di Kota Mataram dan sekitarnya selama perhelatan MotoGP Mandalika 2025 tercatat masih rendah. Padahal, ajang balap internasional tersebut digadang-gadang menjadi pendorong utama sektor pariwisata dan perhotelan di NTB.

Informasi dari AHM (Asosiasi Hotel Mataram), tingkat okupansi hotel bintang 1 dan 2 hanya mencapai 15 hingga 25 persen, sementara hotel bintang 3 dan 4 baru menyentuh sekitar 65 persen. Angka tersebut dinilai masih jauh dari target maksimal, mengingat skala internasional dari event MotoGP.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram, Siti Fitriani Bakhreiysi menilai, rendahnya okupansi hotel disebut berkaitan erat dengan profil penonton yang datang ke MotoGP tahun ini.

Mayoritas penonton merupakan warga lokal, bukan wisatawan mancanegara atau dari luar daerah. “Kalau kita lihat dari data penjualan tiket, kebanyakan memang dibeli oleh warga lokal. Bahkan progres penjualan dari pihak penyelenggara masih di angka 87 persen menjelang hari H,” katanya, Selasa (1/10/2025).

Kondisi ini memicu fenomena short stay atau one day trip, di mana penonton hanya datang sehari tanpa menginap. Mereka memilih langsung kembali ke rumah masing-masing atau menggunakan transportasi dari daerah terdekat seperti Bali.

Masalah utama yang disorot adalah harga kamar hotel yang dianggap melambung tinggi selama periode MotoGP. Banyak pihak menilai tarif yang ditetapkan sudah melewati batas kewajaran, bahkan berpotensi menciptakan citra negatif terhadap pariwisata NTB.

Kenaikan harga yang tidak rasional membuat calon tamu berpikir ulang. Mereka lebih memilih opsi yang lebih ekonomis, meskipun harus menempuh perjalanan yang lebih jauh.

“Orang sekarang berpikir efisien. Tiket pesawat, tiket nonton, akomodasi, dan transportasi — kalau semuanya mahal, ya orang jadi malas datang. Apalagi kalau sekadar menonton, mereka bisa memilih datang dari Bali atau daerah sekitar,” jelas Pipit, sapaan akrabnya.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bahwa MotoGP di Mandalika akan dicap sebagai event untuk kalangan menengah ke atas. Masyarakat lokal dari kalangan ekonomi bawah merasa tidak terjangkau untuk menikmati ajang dunia ini secara penuh.

“Meskipun ada diskon tiket untuk warga lokal, tetap saja yang paling terasa mahal itu penginapan dan transportasi. Akhirnya banyak warga lokal hanya menonton dan langsung pulang tanpa menginap,” ujar politisi Nasdem ini.

Pipit mengingatkan pentingnya mempertimbangkan efek jangka panjang dari kebijakan harga selama event besar. Jika kesan pertama wisatawan terhadap NTB adalah mahal dan tidak ramah kantong, maka akan sulit untuk membangun loyalitas atau menarik kunjungan ulang di masa depan.

“Kalau orang pertama kali ke Lombok saat event dan merasa harga-harga gila-gilaan, mereka bisa saja berpikir harga normal di sini juga segitu. Ini yang merusak citra pariwisata,” kata anggota dewan dari daerah pemilihan Selaparang ini. (fit)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut