Lombok (ekbisntb.com) – Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB, Berry A. Harahap, memproyeksikan tren penurunan suku bunga akan berlangsung hingga dua tahun ke depan. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit dan investasi di sektor riil.

Berry menjelaskan, penurunan suku bunga di Indonesia mengikuti tren global, terutama kebijakan moneter Amerika Serikat. Berdasarkan perkiraan, The Federal Reserve (The Fed) masih akan memangkas suku bunga acuannya sekitar 1,5 persen dalam dua tahun mendatang.

“Amerika punya pengaruh besar dalam sistem keuangan global. Ketika mereka menurunkan suku bunga, banyak negara lain akan mengikuti, termasuk Indonesia,” ujar Berry.
Menurutnya, BI sudah dua kali menurunkan suku bunga sepanjang tahun ini. Langkah tersebut diambil untuk merespons perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan domestik.
“Secara teori, menurunkan suku bunga akan membuat bunga kredit lebih rendah. Masyarakat akan terdorong mengambil kredit, berinvestasi, dan memutar modal, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terakselerasi,” jelasnya.
Berry menambahkan, dampak penurunan suku bunga terhadap kredit berjalan biasanya tidak terjadi secara instan. Sebagian besar kredit komersial di Indonesia menggunakan sistem bunga mengambang (floating rate) yang menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan.
“Kalau misalnya kita turunkan 25 basis poin atau 0,25 persen, penurunan serupa di kredit biasanya baru terasa 9 bulan setelahnya,” katanya.
BI juga tengah mempersiapkan penguatan sistem pembayaran nasional yang lebih aman, cepat, dan terpantau secara real time. Langkah ini diharapkan mampu mempercepat proses transaksi dan meningkatkan keamanan sistem keuangan di Indonesia.
“Nantinya, dengan sistem yang lebih terintegrasi, pembayaran akan semakin mudah, murah, dan aman,” ujar Berry.
Dengan kombinasi kebijakan penurunan suku bunga dan pembaruan sistem pembayaran, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk NTB, akan lebih positif dalam beberapa tahun mendatang.(bul)