26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiEnam Komoditas Pangan NTB Ini Rawan Menyumbang Inflasi Jika MBG Efektif Dilaksanakan

Enam Komoditas Pangan NTB Ini Rawan Menyumbang Inflasi Jika MBG Efektif Dilaksanakan

Lombok (ekbisntb.com) – Ada potensi lonjakan inflasi di NTB terhadap sejumlah komoditas pangan strategis, jika pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah sepenuhnya efektif dilaksanakan, terutama bahan baku yang dipasok dari luar daerah. Lonjakan inflasi bisa terjadi karena kenaikan harga-harga kebutuhan karena tingginya permintaan.

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, enam dari 12 komoditas pangan pokok strategis di NTB masih bergantung pada pasokan luar daerah. kendatipun, enam komoditas lainnya terbilang produksinya tetap surplus setiap tahun.

- Iklan -

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, Muhammad Su’aidi, menjelaskan bahwa secara umum NTB mengalami surplus pangan pokok strategis, namun hal itu terjadi karena adanya arus masuk dari luar daerah.

“Kalau hanya mengandalkan produksi lokal, ada beberapa komoditas yang defisit. Misalnya bawang putih, kedelai, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi, dan gula pasir. Tanpa pasokan dari Jawa atau Bali, kebutuhan kita tidak akan tercukupi,” paparnya, Kamis, 14 Agustus 2025.

Su’aidi mengatakan, surplus pangan NTB, terutama komoditas-komoditas tertentu sampai saat ini masih terjaga karena adanya stok tahun sebelumnya dan distribusi dari daerah lain.

“Kalau beras , dihitung rata-rata, stok kita cukup hingga enam bulan ke depan. Ndak ada masalah. Tetapi untuk komoditas tertentu, seperti bawang putih, kita hanya punya pasokan dari daerah-daerah tertentu seperti Sembalun. Selebihnya, didatangkan dari luar,” paparnya.

Menurutnya, 12 komoditas pangan pokok strategis yang dipantau karena berpengaruh terhadap inflasi adalah beras, jagung, kedelai, cabai besar, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng.

“Dari jumlah itu, enam komoditas masih tergantung pasokan luar daerah. Kalau permintaan MBG tinggi, dan pasokan luar tersendat, harga bisa naik,” ungkapnya.

Su’aidi mencontohkan, produksi daging sapi NTB sebenarnya tinggi, tetapi ketersediaan daging segar tidak selalu mencukupi karena jumlah pemotongan hewan tidak sebanding dengan kebutuhan pasar.

“Kita punya populasi sapi banyak, tapi peternak tidak selalu mau memotong saat dibutuhkan. Akhirnya kita suplai dari daging beku luar daerah. itu yang membantu,” ujarnya.

Ia menambahkan, kebutuhan telur ayam ras juga belum bisa dipenuhi dari peternak lokal.

“Di Lombok Barat memang ada sentra peternakan unggas, tapi kapasitasnya belum mencukupi. Salah satu kendalanya adalah keterampilan peternak yang masih terbatas, sehingga produktivitas belum optimal,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi lonjakan inflasi, DKP NTB melakukan analisis ketersediaan pangan secara berkala berdasarkan data dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

“Kami memberikan rekomendasi kepada OPD teknis mengenai komoditas mana yang kurang dan bagaimana cara memenuhinya. Misalnya, kekurangan bawang putih dan kedelai sudah kami sampaikan agar pasokannya diamankan,” katanya.

Su’aidi juga mengingatkan bahwa gula pasir dan minyak goreng di NTB sepenuhnya mengandalkan pasokan luar daerah.

“Selama ini ketersediaannya aman, tapi kalau distribusi terganggu, kita akan merasakan dampaknya langsung di pasar,” pungkasnya.

Dengan adanya program MBG yang memerlukan bahan baku dalam jumlah besar, DKP NTB menilai penguatan produksi lokal menjadi langkah penting untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di daerah.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut