spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiKemiskinan di Perkotaan NTB Naik, Kota Mataram Dihantui Pengangguran

Kemiskinan di Perkotaan NTB Naik, Kota Mataram Dihantui Pengangguran

Lombok (ekbsintb.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB,  mencatat kenaikan angka kemiskinan di wilayah perkotaan, termasuk Kota Mataram. Sementara itu, angka pengangguran masih membayangi kota ini, meski kemiskinan secara keseluruhan di NTB menurun.

Pada Maret 2025, jumlah penduduk miskin di NTB tercatat sebanyak 654,57 ribu jiwa. Angka ini turun 4,03 ribu jiwa dibandingkan September 2024, dan turun 54,44 ribu jiwa dibandingkan Maret 2024.

- Iklan -

Namun, data menunjukkan peningkatan kemiskinan di wilayah perkotaan. Sebaliknya, perdesaan justru mengalami penurunan yang signifikan.

Persentase penduduk miskin di perkotaan naik dari 11,64 persen pada September 2024 menjadi 12,02 persen pada Maret 2025. Jumlahnya bertambah 14,94 ribu orang, dari 338,74 ribu menjadi 353,68 ribu jiwa.

Sementara itu, di perdesaan, persentase kemiskinan turun dari 12,21 persen menjadi 11,51 persen. Jumlah penduduk miskin berkurang 18,97 ribu orang, dari 319,86 ribu menjadi 300,89 ribu jiwa.

Kepala Dinas Sosial Kota Mataram, Lalu Samsul Adnan, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan naiknya angka kemiskinan di Kota Mataram.”Secara naluriah, orang pasti akan mencari kerja di kota. Itu konsep awalnya. Karena kota ini ibaratnya gula yang banyak didatangi semut,” ujarnya saat diwawancarai pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Ia menyebutkan bahwa kemiskinan di perkotaan memiliki banyak dimensi, baik struktural maupun kultural. Namun, ia menegaskan bahwa dua penyebab utama tetap lapangan kerja dan pendidikan. “Semakin bagus tingkat pendidikan orang, maka semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan, atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri,” tuturnya.

Sementara itu, wilayah perdesaan dinilai lebih kondusif untuk bertahan hidup. Lahan pertanian yang luas dan jenis pekerjaan informal yang beragam menjadi alasan utama. “Kalau di pedesaan, banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Pertanian sangat luas,” ucapnya.

Saat ditanya soal migrasi penduduk desa ke kota, Samsul membenarkan bahwa hal tersebut menjadi penyebab meningkatnya pengangguran di perkotaan.”Iya, bolehlah (bahwa benar akibat pergerakan penduduk desa ke kota menyebabkan semakin banyak pengangguran di Kota Mataram),” sebutnya.

BPS mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2024 mencapai 4,85 persen. Angka ini mengalami kenaikan tipis sebesar 0,07 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 4,78 persen.

Di sisi lain, jumlah penerima bantuan sosial (bansos) di Kota Mataram terus menurun. Penurunan ini terjadi setelah Kementerian Sosial memangkas jumlah penerima pada dua triwulan pertama 2025.

“Ada dua SK yang dikeluarkan pada triwulan pertama dan triwulan kedua oleh Kemensos, SK No. 80 dan SK No. 141 kalau tidak salah. Itu mengeluarkan 8000 lebih penerima bansos di Kota Mataram,” bebernya.

Penurunan ini bisa jadi hasil dari validasi data yang lebih ketat. Namun, bisa juga menunjukkan bahwa sebagian warga telah keluar dari kategori miskin.

Meski begitu, kenaikan angka kemiskinan di perkotaan tetap menjadi alarm serius. Terlebih, laju urbanisasi tidak diiringi dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai, khususnya bagi lulusan muda dan tenaga kerja berpendidikan menengah.(hir)

Artikel Yang Relevan

Iklan








Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut