spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaNTBKota MataramSMKN 3 Mataram Dukung Program Magang ke Jepang

SMKN 3 Mataram Dukung Program Magang ke Jepang

PEMPROV NTB berkomitmen untuk memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Salah satunya mengirim pekerja terampil ke luar negeri, seperti ke Jepang. Meski demikian, dalam pengiriman pekerja magang ke Jepang, seringkali calon pekerja dihadapkan dengan masalah biaya.

Untuk itu Pemprov NTB siap membantu calon pekerja ke luar negeri. Salah satunya dengan menyiapkan skema subsidi bunga pinjaman bagi calon pekerja migran yang ingin berkerja di Jepang.  Langkah ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta untuk mengurangi angka pengangguran di NTB.

- Iklan -

Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Mataram Sulman Haris mengatakan, pihaknya mendukung program positif tersebut. “SMK Negeri 3 Mataram perlu berperan aktif dalam mendukung program positif ini dengan menjalin kerja sama bersama lembaga-lembaga afiliasi IMM atau International Manpower Development  Organization, Japan yang resmi dan terpercaya,” katanya melalui keterangan tertulis, Minggu 25 Mei 2025.

Menurutnya, program magang ke Jepang merupakan salah satu alternatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk meniti karir setelah lulus dari SMK. Selain dengan IM Japan, SMKN 3 Mataram juga membuka kerja sama dengan lembaga resmi lainnya. “SMK Negeri 3 Mataram juga menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga resmi lainnya guna memberikan peluang kepada alumni maupun masyarakat umum untuk mengikuti program magang ke Jepang,” katanya.

Sejauh ini, BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) SMKN 3 Mataram telah bekerja sama dengan Passion Japan Incorporation (dalam bentuk MoU) untuk dua kategori alumni berkarir di Jepang. Pertama, Visa Magang Kerja untuk masa kontrak 3 tahun dan Visa Kerja Berkeahlian Khusus (Specified Skill Workers) untuk masa kontrak 5 tahun.

Secara otomatis kompensasi/penghargaan kerja dari dua tipe tersebut akan berbeda (berbeda penghasilan/gaji).

Sulman mengungkapkan, kendala utama yang dihadapi alumni dan masyarakat adalah biaya awal yang cukup tinggi. “Serta kondisi kesehatan yang kadang tidak memenuhi persyaratan ketat untuk bekerja di Jepang,” pungkasnya.

Meski demikian, pihaknya tetap mendukung penuh program-program pemerintah yang memberikan solusi terhadap keterbatasan lapangan pekerjaan di dalam negeri, yang saat ini belum sebanding dengan jumlah lulusan setiap tahunnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pemberdayaan bagi siswa-siswi yang telah menyelesaikan program magang tersebut. “Agar mereka dapat mengembangkan usaha atau wirausaha sesuai dengan keterampilan dan pengalaman yang mereka peroleh selama mengikuti program di Jepang,” pungkasnya. (sib)

Artikel Yang Relevan

Iklan




Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut