Lombok (ekbisntb.com) – Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Perdagangan memastikan tetap menggelar pasar murah untuk membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga lebih rendah dari harga pasar. Namun, tahun ini pelaksanaannya hanya dilakukan delapan kali karena keterbatasan anggaran.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, menjelaskan bahwa setiap kabupaten hanya mendapat satu kali kesempatan pelaksanaan pasar murah. Sementara itu, Kota Mataram dan Kota Bima tidak termasuk dalam program ini karena tingkat kemiskinan ekstrem di dua wilayah tersebut relatif lebih rendah dibandingkan daerah lain.

“Sekarang hanya delapan kali kita laksanakan, sehingga harus dipilih dengan cermat. Satu kabupaten hanya satu kali dan di satu titik saja. Saat ini, pemerintah provinsi sedang menentukan lokasi pasar murah, yang diprioritaskan di desa dengan tingkat kemiskinan ekstrem tinggi. Kami ingin menggelar lebih banyak, tapi anggaran yang tersedia terbatas. Mudah-mudahan ke depan bisa ditambah agar pelaksanaan pasar murah lebih luas,” ujar Baiq Nelly.
Sebagai contoh, di Lombok Barat, pasar murah akan digelar di Desa Buwun Mas, sementara di Lombok Tengah, akan dilaksanakan di Desa Mangkung. Saat ini, desain pelaksanaannya masih difinalisasi dan diharapkan bisa berjalan sesuai rencana.
Baiq Nelly menambahkan bahwa selain program dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota juga mengadakan pasar murah secara mandiri. Misalnya, Lombok Timur telah menggelar pasar murah di Alun-Alun, sementara Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menyelenggarakan pasar murah dengan skema subsidi.
Pasar murah kali ini akan menyediakan berbagai kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, gula, dan cabai. Cabai menjadi perhatian utama karena harganya yang fluktuatif.
“Produk utama yang kami sediakan adalah minyak goreng, beras, gula, dan cabai. Rencananya, pasar murah ini juga akan digelar bersamaan dengan Safari Ramadhan Gubernur,” jelas Baiq Nelly.
Ia juga mengungkapkan bahwa operasi pasar tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan anggaran. Satu-satunya komoditas yang bisa diintervensi melalui operasi pasar adalah beras, berkat dukungan dari Bulog.
“Operasi pasar tidak bisa kami lakukan karena keterbatasan dana. Saat ini, hanya beras yang dapat kami intervensi melalui bantuan Bulog,” katanya.
Saat ini, harga cabai juga menjadi perhatian serius. Di Lombok Timur, harga cabai telah turun menjadi Rp55.000 per kilogram dan dianggap cukup stabil. Sebelumnya, harga cabai di Kota Mataram sempat melonjak hingga Rp210.000 per kilogram pada awal Ramadhan, namun kini turun menjadi Rp120.000 per kilogram.
“Kami masih bernegosiasi dengan petani cabai di Lombok Timur agar pasokan bisa dikirim ke Mataram sehingga harga tetap terkendali,” tambah Baiq Nelly.
Dengan keterbatasan anggaran ini, pemerintah berharap adanya tambahan alokasi dana agar pasar murah dapat digelar lebih sering dan menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan. (bul)