Lombok (ekbisntb.com) – Anggota Komisi VII DPR-RI dari Partai Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, menyoroti pentingnya insentif bagi pelaku budaya dalam upaya menjaga kelestarian budaya di Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini disampaikan usai melakukan kunjungan ke Taman Narmada, Mandalika, dan Desa Tua Sade di Lombok Tengah, Rabu, 26 Februari 2025.
“Kami datang dalam rangka menyerap aspirasi dari para pelaku pariwisata guna kepentingan revisi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kami ingin menyempurnakan UU ini agar lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya di sektor pariwisata dan usaha terkait di Indonesia,” ujar Bambang Haryo.

Dalam kunjungan tersebut, ia mengungkap ada ratusan catatan inventaris masalah yang menjadi perhatian DPR, termasuk masukan dari berbagai asosiasi terkait. Tujuannya adalah agar sektor pariwisata bisa berperan lebih maksimal dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Bambang menyampaikan, dampak ekonomi dari sektor pariwisata sangat besar. Saat ini, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia baru mencapai 13-14 juta orang per tahun, tetapi telah menyumbangkan lebih dari Rp300 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bambang menekankan, jika jumlah wisatawan meningkat hingga 35 juta seperti di Thailand, maka devisa yang masuk juga akan melonjak tajam.
Bambang Haryo menekankan bahwa budaya merupakan aspek utama yang harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, tanpa terkecuali di Lombok, dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
“Lombok dan Sumbawa memiliki alam yang luar biasa, tetapi yang perlu diperkuat adalah potensinya budayanya,” katanya.
Ia menyebutkan bahwa Provinsi NTB memiliki 26 kerajaan, yakni 14 di Lombok dan 12 di Sumbawa, yang masing-masing melahirkan budaya unik seperti tarian dan kuliner khas. Namun, kekayaan budaya ini dinilai belum dimanfaatkan secara optimal dalam sektor pariwisata.
“Turis asing lebih tertarik dengan budaya dibandingkan alam semata. Buktinya, wisatawan dari kapal pesiar lebih memilih mengunjungi museum, istana, atau tempat bersejarah lainnya untuk menyaksikan budaya setempat,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, ia menyoroti bagaimana Penang, Malaysia—sebuah pulau kecil tanpa kekayaan alam melimpah—mampu menarik hingga delapan juta wisatawan per tahun dengan mengelola budayanya secara profesional.
Sementara itu, NTB yang memiliki kekayaan budaya dan alam justru hanya mendatangkan sekitar tak sampai 3 juta wisatawan setahun.
“Kita harus terus mendorong agar wisatawan domestik dan internasional tertarik berkunjung dengan mengelola budaya kita secara lebih baik,” tambahnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya promosi dan sosialisasi budaya secara konsisten.
“Di Bali, setiap hari ada tari kecak, terlepas dari ada atau tidaknya event besar. Lombok yang penuh budaya juga bisa mengadopsi model serupa,” katanya.
Selain aspek budaya, ia juga menyoroti permasalahan transportasi yang menghambat perkembangan pariwisata di NTB.
“Saat ini tidak ada angkutan umum yang menghubungkan destinasi wisata, sehingga biaya transportasi menjadi mahal. Akibatnya, mobilitas wisatawan dari satu tempat ke tempat lain terhambat, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan pariwisata,” jelasnya.
Lebih jauh, ia mengkhawatirkan indikasi menurunnya minat masyarakat terhadap budaya.
“Kita menghadapi ancaman budaya yang mulai ditinggalkan karena adanya anggapan bahwa budaya bertentangan dengan ajaran agama. Padahal, budaya tetaplah budaya, jangan sampai berbenturan dengan keyakinan,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia mendorong adanya insentif bagi para pelaku budaya agar mereka tetap bersemangat dalam melestarikan warisan leluhur. “Budaya ini memiliki nilai tinggi, jangan dianggap remeh. Kita perlu subsidi dari pemerintah untuk mempertahankan budaya ini,” ujarnya.
Sebagai penutup, Bambang berharap agar gubernur baru NTB, Lalu Iqbal, dapat memberikan perhatian lebih terhadap sektor pariwisata dari hulu ke hilir.
“Kami berharap kebijakan yang diambil bisa memperkuat pariwisata NTB secara menyeluruh, termasuk dengan mendukung kelestarian budaya sebagai daya tarik utama wisatawan,” pungkasnya.(bul)