Lombok (ekbisntb.com) – Secara nasional, angka kebutaan di NTB mencapai 4 persen setelah Jawa Timur dengan angka 4,2 persen. Sebagian besar kasus kebutaan ini disebabkan oleh katarak sehingga masih sangat perlu mendapat perhatian khusus
Berdasarkan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Rumah Sakit Mata periode 2024, terhitung hingga 28 Oktober 2028, sebanyak 1.471.019 masyarakat NTB telah menjalani skrining katarak. Hasil skrining menunjukkan sebanyak 0,7 persennya atau setara 9.859 orang dicurigai mengalami katarak.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Dr.dr H.Lalu Hamzi Fikri mengatakan, skrining katarak akan terus dilakukan bekerja sama dengan Rumah Sakit dan mitra. Sementara untuk yang telah terdeteksi mengalami gejala katarak diberikan pemeriksaan lebih lanjut. Adapun hingga saat ini, jumlah pasien yang telah dioperasi katarak pada 2024 sebanyak 4.450, sisanya menunggu giliran operasi.
“Jumlah yang telah dioperasi ini merupakan kerja sama Dinas Kesehatan Provinsi NTB dengan FHF (Fred Hollows Foundation), SCTV, Bank NTB Syariah, Lentera dan Ashar, serta operasi rutin yang dilakukan melalui pelayanan BPJS maupun Umum,” kata Fikri kepada Ekbis NTB, Selasa 29 Oktober 2024.
Pada Sabtu 26 Oktober 2024 lalu, Pj Gubernur NTB Hassanudin melihat secara langsung aktivitas operasi katarak di Rumah Sakit Mata NTB. Ia mengaku melihat dari dekat proses operasi katarak yang ditangani para dokter dan tenaga medis profesional. Ia pun sempat berdialog dengan sejumlah warga yang yang akan, sedang dan selesai menjalani operasi mata.
“Saya ikut bahagia, melihat senyum para orang tua yang kembali merekah karena bisa melihat lagi dengan sempurna. Tetap semangat dalam bekerja dan berikan layanan terbaik bagi masyarakat. Habis Gelap Terbitlah Terang,” katanya.
Dalam artikel yang termuat di laman dinkes.ntbprov.go.id disebutkan bahwa sebaran proporsi kebutaan menurut provinsi di Indonesia (Riskesdas 2007) menunjukkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat menduduki urutan ke tujuh dengan tingkat kebutaan 1,1 %, dan menurut hasil Survey Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilaksanakan pada tahun 2014 di 10 Kabupaten/Kota se NTB menunjukkan angka kebutaan sebesar 4 persen, angka ini diatas rata-rata tingkat kebutaan Nasional 1,5 persen.
Program penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Provinsi NTB dimulai seiring berdirinya UPT Balai Kesehatan Mata Masyarakat Tahun 2000. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan terus dilakukan termasuk pembenahan-pembenahan dalam operasional kegiatan pelayanan, bentuk pelayanan yang telah diberikan adalah pelayanan dalam gedung dan pelayanan luar gedung.
Penyebab kebutaan di Provinsi NTB sebesar 4 persen masih didominasi karena Katarak (hasil RAAB survey tahun 2014 terdapat 78 persen). Angka kebutaan yang tinggi tersebut bukan lagi merupakan masalah medis atau masalah kesehatan masyarakat semata, melainkan telah menjadi masalah sosial, yang juga berkaitan dengan pengetahuan masyarakat, keterbatasan sarana dan sumber daya kesehatan serta lainnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang perlu ditangani secara komperhensif baik secara lintas program, lintas sektoral, serta melibatkan masyarakat luas.(ris)