Jakarta (ekbisntb.com) – Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menganggap ketidakpastian soal negosiasi tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar keuangan.
“Berita-berita menyangkal telah dimulainya pembicaraan soal tarif antara AS dan China seperti yang diklaim oleh Presiden Trump. Ini bisa memberikan tekanan ke aset berisiko, termasuk Rupiah,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Untungnya, kata dia, indeks dolar AS juga mengalami tekanan karena sentimen tersebut menjadi 99,18 dari sehari sebelumnya di kisaran 99,50. Pelemahan ini disebut dapat menahan pelemahan Rupiah terhadap dolar AS.
“Pelemahan rupiah (terhadap) dolar AS bisa berlanjut ke arah Rp16.900, dengan potensi support di kisaran Rp16.820 hari ini,” ujar Aris.
Seperti diketahui, pada Kamis 24 April 2025 Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa pembicaraan perdagangan antara AS dan China sedang berlangsung meski tidak menyatakan siapa yang berunding baik dari kedua belah pihak.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga mendukung pernyataan Trump pada Minggu 27 April 2025, bahwa negosiasi antara AS dengan China sedang berlangsung.
Namun, pemerintah China kembali membantah adanya negosiasi dengan AS soal penerapan tarif dagang yang ditetapkan oleh Trump.
Dalam konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun menyampaikan bahwa kedua negara terkait tidak melakukan konsultasi atau negosiasi apapun mengenai tarif, sehingga “AS harus berhenti menciptakan kebingungan”.
Bila AS ingin berunding maka dialog dan negosiasi, kata Guo Jiakun, maka harus didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta, menguat sebesar 47 poin atau 0,28 persen menjadi Rp16.809 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.856 per dolar AS. (ant)