Mataram (ekbisntb.com) – Pada pertengahan semester tahun 2024 ini, sebanyak 62.270 anak di NTB mengalami kekurangan berat badan atau underweight, angka ini setara dengan 14.74 persen, lebih tinggi dibanding angka stunting di NTB yang mencapai 12.70 persen.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan provinsi NTB, Dr. H. Lalu. Hamzi Fikri.,MM.,MARS., tingginya angka kekurangan berat badan pada anak ini menjadi salah satu tantangan daerah. Dimana pada konsidi ini banyak masyarakat belum melek terhadap pentingnya memberikan gizi seimbang terhadap tumbuh kembang anak.
“Di NTB, selain stunting, underweight juga menjadi tantangan, banyak anak NTB mengalami berat badan dibawah rata-rata nasional,” ujarnya.
Berdasarkan surve gizi yang dilakukan melalui e-PPGBM, persebaran jumlah anak dengan berat badan dibawah rata-rata terbanyak dari Kabupaten Lombok Timur mencapai 19.218 anak, dilanjutkan dengan Lombok Barat sebanyak 10.354 anak, lalu ada dari Lombok Tengah 9.697 anak, Lombok Utara 4933 anak, Sumbawa 4.398, Mataram 4379, Bima 4.028, Dompu 200 anak, kota Bima 1.940 anak, dan terendah dari Sumbawa Barat yakni 1328 anak.
Menurut Fikri, tingginya angka anak yang mengalami berat badan dibawah rata-rata ini dapat berakibat pada stunting jika tidak segera ditangani. Karena misi daerah dan nasional adalah menekan stunting, sehingga tingginya angka underweight ini menjadi tantangan pemerintah untuk segera diselesaikan.
“Ini yang punya resiko menjadi stunting, jadi, selain kita menangani yang stunting, kalau kita tidak waspada, ini menjadi stunting,” ujarnya, Jum’at, 26 Juli 2024.
Untuk mengatasi tingginya angka underweight ini, Fikri menghimbau masyarakat, khususnya para ibu untuk memberikan nutrisi yang cukup.
“Terutama protein, baik itu protein nabati, hewani, untuk menunjang tumbuh kembangnya. Selain juga diberikan makan-makanan bergizi yang ada unsur karbohidrat, unsur vitamin, mineral,” jelasnya.
Selain itu, infeksi juga menyumbang tingginya angka underweight di NTB. Oleh karenanya, Fikri meminta agar jangan sampai membiarkan anak sakit atau infeksi.
Faktor lingkungan, kebersihan, pola asuh juga mempengaruhi berat badan anak. Menurutnya, permasalahan underweight ini merupakan permasalahan yang kompleks atau disebabkan oleh banyak faktor.
Sehingga, perlu konsistensi para orang tua juga tentunya fasilitas kesehatan untuk memberikan edukasi terkait pemberian nutrisi seimbang kepada anak.
“Sekaran gada namanya ILP (Integrasi Layanan Primer), memadukan peran antara posyandu, puskesmas pembantu, dan puskesmas, ini menjadi program pusat juga, dan kita di NTB implementasi ILP itu on progress, beberapa kabupaten sudah melakukan deklarasi, ini strategi menemukan lebih awal, mencegah lebih awal, dan melakukan edukasi lebih awal,” tutupnya. (era)