Lombok (ekbisntb.com) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta perbankan untuk terus menjaga dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, terutama menjelang dan selama hari besar keagamaan nasional.
Kepala OJK NTB, Rudi Sulistyo di Mataram, Selasa, 25 Maret 2025 menegaskan pentingnya kesiapan sistem perbankan dalam menghadapi lonjakan transaksi yang biasanya terjadi saat momen libur panjang dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan uang tunai.

“Kami mendorong bank untuk selalu menjaga dan meningkatkan layanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama di hari libur panjang keagamaan nasional. Bank harus memastikan sistemnya berjalan optimal, termasuk ketersediaan ATM, karena akan ada peningkatan permintaan uang tunai serta libur panjang yang bisa mempengaruhi operasional perbankan,” ujar Rudi Sulistyo.
OJK NTB juga menekankan pentingnya keandalan sistem digital perbankan, mengingat semakin banyak masyarakat yang menggunakan layanan perbankan digital untuk bertransaksi.
“Selain ATM dan layanan kantor cabang, sistem digital seperti mobile banking dan internet banking juga harus dipastikan tetap berjalan dengan baik. Gangguan layanan bisa berdampak pada kepercayaan masyarakat,” tambah Rudi Sulistyo.
Sebagai langkah antisipasi, OJK NTB meminta perbankan di wilayahnya untuk menyiapkan langkah-langkah strategis, seperti menambah stok uang tunai di ATM, meningkatkan kapasitas layanan customer service, serta memperkuat infrastruktur digital guna memastikan kelancaran transaksi. Dengan kesiapan yang optimal, perbankan diharapkan dapat terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, terutama di momen-momen penting yang membutuhkan stabilitas sistem keuangan.
Sebagai informasi tambahan, Bank Indonesia (BI) secara nasional menyiapkan Rp180 triliun untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang tunai selama bulan Ramadan dan Idulfitri tahun 1446H/2025. Penukaran uang ini meliputi penukaran uang lusuh ke uang baru, uang pecahan besar ke pecahan kecil. Dan sebaliknya, uang pecahan kecil ke pecahan besar.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap, menyampaikan bahwa jumlah ini setara dengan 25% dari kebutuhan uang dalam setahun. Menurut Berry, kebutuhan uang tunai meningkat setiap Ramadan dan Idulfitri karena masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang dermawan. Tradisi berbagi uang saat bulan suci ini menjadi salah satu faktor utama peningkatan permintaan uang tunai.
“Permintaan uang tunai ini bukan hanya untuk belanja, tetapi juga untuk berbagi. Masyarakat kita terkenal sebagai yang paling dermawan di dunia, terutama pada bulan Ramadan dan saat Lebaran,” jelasnya.
Meskipun jumlah uang yang disiapkan mengalami sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya, Berry menyebut bahwa tren penggunaan transaksi digital juga terus meningkat. Sebagian masyarakat kini telah beralih menggunakan metode transfer atau transaksi digital untuk berbagi.
“Mungkin sudah mulai ada yang berbagi uangnya pakai transfer. Namun, tetap saja ada kebutuhan uang tunai karena sifat kita yang dermawan ini. Tidak semua orang punya rekening, jadi berbagi uang tunai masih menjadi tradisi saat puasa, apalagi lebaran,” tandasnya.(bul)