26.5 C
Mataram
BerandaEkonomi33 Titik “Blank Spot” di NTB dan 142 Titik Lemah Sinyal

33 Titik “Blank Spot” di NTB dan 142 Titik Lemah Sinyal

Lombok (ekbisntb.com) – Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Kominfotik) Provinsi NTB tengah memetakan wilayah-wilayah yang masih mengalami blank spot (area atau wilayah yang tidak memiliki akses sinyal telekomunikasi, seperti sinyal seluler atau Wi-Fi) atau lemah sinyal di seluruh kabupaten/kota.

Kepala Dinas Kominfotik NTB, Yusron Hadi, mengungkapkan saat ini terdapat 33 lokasi blank spot dan sekitar 142 titik dengan sinyal lemah yang tersebar di sepuluh kabupaten/kota di NTB. “Dari hasil rapat koordinasi terakhir, ada sekitar 33 lokasi yang masih blank spot dan 142 titik yang lemah sinyal,” jelas Yusron, usai mengikuti kegiatan Literasi Digital yang diselenggarakan Indosat di Ponpes Nurul Haramain, Narmada Lombok Barat, Senin 20 Oktober 2025.

- Iklan -

Menurut datanya, Lokasi-lokasi yang blank spot tersebut tersebar sebanyak 3 lokasi di Lombok Barat. 7 lokasi di KLU, 5 lokasi di Kabupaten Sumbawa, 9 lokasi di Kabupaten Dompu, dan 9 lokasi di Kabupaten Bima. Sementara lokasi yang lemah sinyal tersebar sebanyak 3 lokasi di Lombok Barat. 40 lokasi di Lombok Utara.  5 lokasi di Lombok Tengah. 8 lokasi di Lombok Timur. 15 lokasi di Sumbawa Barat. 12 lokasi di Sumbawa. 16 lokasi di Dompu.5 lokasi di Kota Bima. Dan 20 lokasi di Kabupaten Bima.

“Untuk menuntaskan persoalan ini, tentu tidak bisa sekaligus, melainkan harus dilakukan secara bertahap dengan skala prioritas,” imbuhnya. Menurutnya, penentuan skala prioritas dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk dan potensi wilayah. Titik-titik yang memiliki jumlah penduduk padat atau nilai ekonomi dan pariwisata tinggi akan menjadi fokus utama dalam penanganan blank spot dan sinyal lemah operator seluler.

“Kalau ada wilayah blank spot tapi di situ banyak penduduknya dan memiliki potensi wilayah, tentu itu harus diatasi lebih dulu. Dengan cara itu, penanganan bisa lebih cepat dan berdampak besar,” jelas Yusron. Ia menambahkan, setelah peta dan prioritas wilayah selesai disusun, pemerintah provinsi akan melibatkan berbagai pihak, termasuk operator seluler dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk mencari solusi bersama.

“Saat ini kita sedang menyusun data rinci mengenai kondisi tiap wilayah. Setelah itu, kita akan ajak pihak-pihak kompeten, termasuk Kementerian Komdigi, untuk berkolaborasi mencari solusi terbaik,” terangnya. Sebagai daerah pariwisata nasional, NTB sangat membutuhkan akses telekomunikasi yang merata, terutama di kawasan destinasi unggulan seperti Mandalika, Lombok Utara, Sumbawa, Tambora, hingga wilayah perbatasan. Yusron mengatakan, daerah-daerah tersebut juga menjadi perhatian khusus pemerintah provinsi.

“Kita cek apakah masih ada blank spot di sekitar Mandalika, Lombok Utara, Tambora, atau daerah lainnya yang punya potensi wisata. Kalau masih ada, itu akan menjadi prioritas utama dalam penanganan,” ujarnya. Masih adanya blank spot dan sinyal lemah di daerah-daerag tertentu, lanjut Yusron, hal itu disebabkan belum tersedianya Base Transceiver Station (BTS) dan masih rendahnya minat dari penyedia layanan (provider) untuk masuk ke wilayah tersebut.

“Memang kendalanya karena BTS belum ada, dan provider belum menjangkau wilayah-wilayah itu. Nanti setelah kita punya data lengkap, kita tawarkan kepada operator untuk masuk. Pemerintah pusat melalui Komdigi juga akan membantu melalui program BAKTI, tapi tentu kemampuannya juga terbatas,” jelasnya.

“Kita berharap operator juga fokus membantu memperluas layanan mereka di daerah-daerah yang masih blank spot. Teknologi harus bisa diakses oleh semua warga NTB tanpa terkecuali,” pungkasnya. (bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut