Lombok (ekbisntb.com) – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan siap menghadapi potensi masuknya produk-produk Amerika Serikat (AS) menyusul kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS yang menetapkan tarif nol persen untuk sejumlah komoditas negeri Paman Sam yang akan masuk Indonesia.
Kebijakan ini oleh banyak pihak dikhawatirkan sebagian pihak akan berdampak pada persaingan produk lokal, terutama yang dihasilkan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Namun, Pemerintah Provinsi NTB justru melihat hal itu sebagai tantangan yang harus dijawab dengan peningkatan daya saing.

“Kalau soal impor, itu kebijakan pusat. Terkait tarif nol persen, tentu nanti pemerintah pusat akan membuat regulasi turunannya,” kata Sekretaris Dinas Perdagangan Provinsi NTB, H. Heri Agusetiadi, Senin, 21 Juli 2025.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada regulasi turunan yang diterima dari pemerintah pusat terkait kesepakatan kerja sama dagang antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump. Kendati begitu, ia menegaskan bahwa pemerintah pasti telah mempertimbangkan dampak-dampaknya secara matang.
“Pemerintah pasti sudah memikirkan dampak yang akan terjadi di masyarakat, termasuk apakah itu akan merugikan pelaku usaha atau tidak,” tegasnya.
Terkait upaya daerah, Dinas Perdagangan Provinsi NTB terus mendorong peningkatan daya saing produk UMKM agar bisa bersaing, tidak hanya di pasar lokal, tapi juga nasional dan global.
“Kalau produk luar masuk, itu bisa menjadi pembelajaran sekaligus motivasi untuk UMKM kita agar terus meningkatkan kualitas dan daya saingnya,” ujarnya.
UMKM di NTB saat ini berkembang dalam beberapa segmen, mulai dari usaha kecil di tingkat bawah, yang sedang bertumbuh, hingga yang sudah menembus pasar ekspor. Pemerintah daerah terus memberikan dukungan dari sisi pelatihan, sertifikasi, hingga akses pemasaran dan pembiayaan.
“Kita tidak bisa menolak persaingan global. Mau tidak mau, siap atau tidak siap, ya harus siap. Justru ini menjadi momentum untuk mendorong UMKM kita lebih kuat lagi,” imbuhnya.
Menyikapi potensi gempuran produk asing, Pemprov NTB mengambil sikap optimis. Ia menilai, tantangan ini bukan alasan untuk pesimis, tetapi justru harus dilihat sebagai peluang.
“Jangan belum-belum kita pesimis. Ini justru harus jadi pemicu untuk perbaikan dan inovasi. Kita harus melihat sisi positifnya,” tandasnya.
Dengan kerja sama antara pusat dan daerah, serta dukungan dari berbagai pihak, NTB diyakini mampu menjaga keberlangsungan UMKM lokal di tengah persaingan pasar global yang semakin terbuka.(bul)