Lombok (ekbisntb.com) –


Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Lalu Fathul Kasturi, menyatakan penurunan harga tembakau Virginia di wilayahnya tidak terlalu anjlok dan masih dalam batas normal.
Penurunan harga untuk komoditas tersebut terpantau hanya sekitar 10 persen dari tahun sebelumnya.
“Harga sekarang sebenarnya masih bagus. Terendah Rp 35 ribu per kilogram untuk krosok. Sedangkan grade tertinggi dijual dengan harga Rp 65 ribu per kilogram,” ujar Lalu Fathul Kasturi, yang akrab disapa Mamiq Kas, saat diwawancarai di Selong, Selasa 16 September 2025.
Pada tahun lalu, ungkapnya, harga untuk grade tertinggi bisa mencapai Rp 75 ribu per kilogram. Namun, adanya penurunan harga hingga 10 persen sebagai kondisi yang wajar.
Ia menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kualitas dan harga tembakau tahun ini adalah kondisi cuaca.
“Yang coklat atau low grade memang terjadi pada kondisi tanaman tembakau akibat cuaca seperti beberapa waktu lalu. Pada April-Mei kami sudah bersurat ke seluruh UPT Pertanian untuk menginformasikan kepada penyuluh dan petani agar menunda tanam. Itu sesuai informasi BMKG,” jelasnya.
Ia memaparkan, intensitas hujan yang tinggi pada Mei-Juni lalu menjadi tantangan. Distan pun telah mengimbau para petani untuk menerapkan budidaya teknis yang tepat, seperti membuat bedengan yang lebih dalam agar tanaman tidak terendam air.
“Tembakau membutuhkan tidak terlalu banyak air. Laporan terdampak cukup lumayan, tapi hanya di spot-spot tertentu, terutama pada tanaman berusia dua bulan. Yang menanam pada bulan Juli masih sehat dan berdiri tegak,” tambahnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, luas panen pada bulan Juni baru mencapai 26 hektare. Kini, data terbaru menunjukkan telah mencapai 30 hektare, dengan 12 hektare di antaranya adalah tembakau rakyat dan sisanya tembakau Virginia.
“Kondisi sekarang pengaturnya adalah kualitas tembakau,” ujarnya.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lotim telah membentuk tim terpadu yang diketuai oleh Sekretaris Daerah (Sekda) untuk mengkoordinasikan masalah pembelian tembakau.
Menurutnya, tim ini bekerja sangat efektif tanpa melakukan intervensi terhadap perusahaan mitra. “Alhamdulillah tim terpadu sangat efektif. Selama dua minggu berjalan, informasi dari perusahaan menyatakan bahwa semua produksi tembakau akan terbeli, termasuk yang swadaya,” katanya optimis.
Proses pembelian sendiri masih terhitung baru dan belum berjalan satu bulan. Sebanyak 34 perusahaan disebutkan siap untuk membeli hasil panen para petani.
Mengenai isu asuransi bagi petani, ungkapnya, hal tersebut telah diperjuangkannya selama dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan kepada para petani tembakau. (rus)