Lombok (ekbisntb.com) – Produk kerajinan tangan dari para perajin di NTB sudah lama merambah pasar luar negeri. Di bulan September ini, home décor rangkaian produk untuk dekorasi ruang tamu rumah dan kantor dari bahan baku rotan telah dikirim ke Jerman. Ini artinya kerajinan tangan NTB sudah sampai pasar Eropa.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, aneka kerajinan tangan NTB telah diekspor ke Timur Tengah, Jepang dan Jerman. Pasar luar negeri ternyata sangat menyukai kerajinan tangan yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan tropis.
Namun salah satu pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah daerah dan para perajin yaitu bagaimana konsistensi serta kualitas produk dapat terus dijaga. Sebab itulah yang dibutuhkan oleh pasar, baik pasar dalam maupun luar negeri.
“PR (pekerjaan rumah-red) kita adalah sustain-nya, kemudian peningkatan kualitas pekerjaan,” kata Baiq Nelly Yuniarti kepada Ekbis NTB, Senin 16 September 2024 kemarin.
Ia mengatakan, pelepasan home decor dari NTB menuju Jerman sudah dilakukan pekan kemarin di Bank Indonesia. Home decor berbahan ketak ini terdiri dari beberapa jenis kerajinan, salah satunya keranjang laundry. Volumenya mencapai 1.200 pcs dengan nilai Rp550 juta.
Nelly mengaku jumlah eksportir di NTB lebih dari 100 orang yang bergerak di berbagai produk. Para eksportir inilah yang diharapkan terus memperkenalkan produk dari dalam daerah ke luar negeri. Kegiatan ekspor produk juga telah menggeliatkan perekonomian daerah.
Yang menarik dari eksportir home décor kata Nelly yaitu dia tak mengambil barang di satu tempat saja, namun mengambil di sejumlah perajin. “Jadi desa-desa membuat produk, dikumpulkan di satu desa. Pengumpul desa akan menyerahkan ke gudangnya orang ini. Dia lah agregatornya. Inilah yang kami harapkan yaitu banyak aggregator,”terangnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap mengatakan, kegiatan ekspor produk-produk potensial NTB harus tetap didorong. Bank Indonesia terus membuka jaringan pasar di luar negeri, dan melakukan standarisasi produk-produk yang potensial ekspor agar sesuai standar permintaan buyer di negara tujuan. Standarisasi dan pendampingan dilakukan secara intens untuk ketak yang diekspor ke Jerman ini.
Menurut Berry, saat ini dunia tengah mengalami penurunan konsumsi rumah tangga, termasuk Indonesia. Seharusnya, rata – rata konsumsi rumah tangga sebesar 5 persen. Namun pada triwulan III 2024 ini, terjadi penurunan menjadi 4 persen lebih.
“Penurunan konsumsi rumah tangga terjadi karena penurunan pendapatan. Kondisi ini tidak saja terjadi di Indonesia, terjadinya secara global, kecuali Amerika Serikat yang masih happy,” katanya.
Untuk mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga ini, kata Berry, pasar luar negeri harus digarap. Salah satunya mendorong hasil kerajinan untuk diekspor.
“Kerajinan ketak ini khususnya, sifatnya padat karya. Pekerjaannya melibatkan banyak orang dan berhubungan dengan industri lainnya. Sehingga, hasil kerajinan ini harus didorong pasarnya meningkat agar ekosistem ekonominya tetap terjaga. Dan pertumbuhan ekonomi tetap bisa terjaga,” katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia menggarap potensi ekonomi dari komoditas potensial NTB lainnya. Seperti vanili yang sudah diekspor ke Amerika Serikat. Selain itu, ada juga Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa dara dari Lombok Utara ke Pakistan.(ris)