ANGGOTA Komisi IV DPRD Kota Mataram, Haris Maulana mengungkapkan bahwa perputaran ekonomi di Kota Mataram, khususnya yang melibatkan pedagang asongan mutiara mencatatkan angka yang signifikan. Bagaimana tidak, perputaran uang dari hasil penjualan mutiara mencapai Rp1 miliar lebih.
Angka tersebut diperoleh dari gabungan perputaran uang antara dua kawasan, yakni Pagutan dan Sekarbela. Namun, kondisi ini belum diimbangi dengan adanya regulasi yang jelas mengenai keberadaan para pedagang asongan tersebut.
Berbicara dalam forum rapat gabungan komisi-komisi dewan di DPRD Kota Mataram, Jumat 15 November 2024 kemarin, Haris menyampaikan, ada sekitar 350 hingga 500 pedagang asongan yang saat ini beroperasi di kawasan tersebut. Meskipun kontribusi mereka dalam perekonomian cukup besar, tetapi banyak kendala dan larangan yang mereka hadapi.
‘’Persoalan ini belum mendapatkan penyelesaian, terutama terkait dengan pihak hotel dan toko-toko sekitar,’’ kata politisi Partai Golkar ini.
Pada bagian lain, Haris juga menyoroti masalah terkait sektor pariwisata. Khususnya mengenai praktik fee atau komisi yang berlaku di toko-toko. Beberapa pihak toko diketahui memberikan fee hingga 25 persen kepada pihak yang membawa tamu ke toko. Namun, sistem ini dianggap belum jelas dan perlu adanya kolaborasi yang lebih baik antar pihak terkait.
Regulasi terkait hal tersebut akan dikoordinasikan dengan Bapemperda. Dengan harapan, dapat menemukan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Terutama bagi para pedagang asongan yang berperan besar dalam perputaran ekonomi lokal Kota Mataram.(fit)