spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKesehatanSikapi Virus HMPV, Awak Kapal dan Penumpang Pesawat Diperiksa

Sikapi Virus HMPV, Awak Kapal dan Penumpang Pesawat Diperiksa

Sumbawa Besar (ekbisntb.com) – Balai Kekarantinaan Kesehatan Wilayah Kerja Badas, melakukan pemeriksaan kesehatan secara intensif terhadap seluruh awak kapal asing dan penumpang pesawat yang berkunjung ke Sumbawa sebagai antisipasi virus HMPV.

“Jadi, setiap awak kapal yang datang dari luar negeri kita akan lakukan screening yang dilakukan di titik boarding, yakni satu mil dari bibir pantai untuk mengantisipasi masuknya virus HMPV, ” kata kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Wilayah Kerja Badas, Kusuma Wijaya, Rabu 15 Januari 2025.

- Iklan -

Kusuma menjelaskan, screening dilakukan, dengan cara pemeriksaan suhu tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan, sama seperti screening virus covid 19. Dimana para awak kapal diperiksa suhu tubuhnya menggunakan thermal gun.

“Kami juga melakukan pemeriksaan ciri-ciri tubuh awak kapal, seperti demam dan suhu tubuh karena ciri virus HMPV ini mirip dengan covid 19 dengan penyebarannya sangat cepat,” ucapnya.

Sejauh ini, ungkap Kusuma, belum ada ditemukan awak kapal dari luar negeri, khususnya dari China yang menunjukkan gejala virus tersebut. Meski demikian, pihaknya selalu mengantisipasi penyebaran virus ini di pintu masuk Pulau Sumbawa.

“Jadi, tidak hanya dari luar negeri saja yang kita screening, tetapi awak kapal domestik juga sebagai bentuk antisipasi jika terjadi kontak dengan kapal dari luar negeri,” terangnya.

Seraya menambahkan, proses pemeriksaan terhadap penumpang juga dilakukan di bandara Sumbawa kepada penumpang pesawat yang tiba. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut.

“Proses pemeriksaan yang kami lakukan sebagai bentuk kewaspadaan kami di pintu masuk Sumbawa, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa semakin ditekan,” tukasnya.

Tidak Berpotensi Pandemi

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan Human metapneumovirus (HMPV) bukan yang akan menyebabkan pandemi selanjutnya, karena empat alasan.

“Kalau yang HMPV ini nampaknya tidak akan berpotensi menjadi pandemi. Tapi bahwa dunia akan menghadapi pandemi lagi, iya, hanya kita belum tahu kapan waktunya, dan kita belum tahu penyakit apa yang menimbulkan pandemi yang akan datang,” kata Tjandra ketika ditemui di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut merupakan respons dia terkait pembicaraan bahwa HMPV berisiko menjadi COVID-19 kedua.

Dia menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat daftar sejumlah penyakit yang berisiko menjadi pandemi, dan HMPV tidak masuk ke dalam daftar itu.

Tjandra menyebutkan, ada tiga kelompok penyakit di daftar itu, yakni penyakit zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

“Yang kedua influenza dalam berbagai jenisnya, karena virus influenza itu dapat bermutasi dari waktu ke waktu, dan yang ketiga disebut-sebut sebagai Disease X,” katanya.

Adapun disease X adalah patogen (virus, bakteri, jamur) yang belum diketahui yang dapat menimbulkan penyakit.

Adapun alasan-alasannya, katanya, yang pertama karena HMPV adalah virus yang sudah lama ada, yakni sejak 2001. Bahkan sebenarnya, kata Tjandra, sebelum 2001 sudah ditemukan antibodi untuk virus tersebut. Yang kedua, tidak seperti COVID-19 yang berat, HMPV kasusnya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Kemudian, yang ketiga, tidak benar bahwa virus itu akan menjadi pandemi hanya karena kejadiannya meningkat di bulan yang sama di China pada 2019-2020.

“Karena pada setiap akhir tahun atau awal tahun itu di China dan di banyak negara yang empat musim, itu musim dingin sedang tinggi-tingginya. Sehingga mereka tentu saja karena cuaca seperti itu, mungkin saja terjadi peningkatan infeksi saluran napas,” katanya.

Yang keempat, dia menyebutkan, penyakit-penyakit infeksi saluran nafas, baik karena virus maupun bakteri, memiliki gejala yang sama, sehingga tidak bisa disebutkan bahwa penyakit dengan gejala-gejala seperti batuk, demam, sesak nafas, akan berkembang parah seperti COVID-19.

Meski tidak menyebabkan pandemi, katanya, kenaikan kasus tetap perlu diwaspadai. WHO menyebutkan pada Januari adanya peningkatan kasus infeksi saluran nafas di belahan utara dunia.(ils/ant)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan






Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut